KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan
kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas
makalah Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik dengan judul: “Perkembangan
Sosial Pribadi Remaja dan Implikasinya Terhadap Proses Belajar”.
Makalah ini ditujukan untuk
kriteria penilaian terhadap mata kuliah Perkembangan Peserta Didik Oleh Bapak:
Drs. Manatap Siringoringo. SPd, MPd .
Makalah ini kami buat agar
mempermudah pembaca untuk memahami dan memberikan pedoman terhadap isi materi
makalah ini. Dan kami pun berharap agar susunan makalah ini dapat memberikan
pelajaran yang bermanfaat dalam proses belajar-mengajar.
Kami menyadari bahwa dalam
pembuatan makalah ini banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang
membangun sangat kami harapkan demi perbaikan makalah itu
.
Palangka
Raya, Nopember 2011
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR……………………………………………………………………… i
DAFTAR
ISI………………………………………………………………………………... ii
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah………………………………………………………...
B. Rumusan
Masalah……………………………………………………………….
C. Tujuan
Masalah………………………………………………………………….
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Perkembangan Sosial………………………………………………
B.
Karakteristik
Perkembangan Sosial Anak, Remaja dan Dewasa………….
C.
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Perkembangan Sosial………………..
D.
Pengaruh
Perkembangan Sosial terhadap Tingkah Laku……………….
E.
Implikasi
Perkembangan Sosial terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
F.
Pengertian
Perkembangan Kepribadian……………………………………
G.
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kepribadian………………………..
H.
Perkembangan Bahasa
Peserta Didik……………………………………
I.
Perkembangan Emosi………………………………………………………
J.
Perkembangan Nilai
Moral dan Sikap………………………………………
K.
Perkembangan
Pribadi Peserta Didik………………………………………
L.
Implikasinya
Perkembangan Sosial, Kepribadian Terhadap Kegiatan Belajar Mengajar……………………………………………………………
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan……………………………………………………………………
B.
Saran……………………………………………………………………………
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Peserta didik adalah makhluk sosial.
Sebagai makhluk sosial, ia membutuhkan orang lain untuk dapat tumbuh kembang
menjadi manusia yang utuh. Dalam perkembangannya, pendapat dan sikap peserta
didik dapat berubah karena interaksi dan saling berpengaruh antar sesama
peserta didik maupun dengan proses sosialisasi. Dengan mempelajari perkembangan
hubungan sosial diharapkan dapat memahami pengertian dan proses sosialisasi
peserta didik.
Pada
awal manusia dilahirkan belum bersifat sosial, dalam artian belum memiliki
kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan sosial anak diperoleh
dari berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orang-orang
dilingkungannya.
Kebutuhan
berinteraksi dengan orang lain telah dirasakan sejak usia enam bulan, disaat
itu mereka telah mampu mengenal manusia lain, terutama ibu dan anggota
keluarganya. Anak mulai mampu membedakan arti senyum dan perilaku sosial lain,
seperti marah (tidak senang mendengar suara keras) dan kasih sayang.
Perkembangan
sosial pada masa remaja berkembang kemampuan untuk memahami orang lain sebagai
individu yang unik. Baik menyangkut sifat-sifat pribadi, minat, nilai-nilai
atau perasaan sehingga mendorong remaja untuk bersosialisasi lebih akrab dengan
lingkungan sebaya atau lingkungan masyarakat baik melalui persahabatan atau
percintaan. Pada masa ini berkembangan sikap cenderung menyerah atau mengikuti
opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran, keinginan orang lain. Ada
lingkungan sosial remaja (teman sebaya) yang menampilkan sikap dan perilaku
yang dapat dipertanggung jawabkan misalnya: taat beribadah, berbudi pekerti
luhur, dan lain-lain. Tapi ada juga beberapa remaja yang terpengaruh perilaku
tidak bertanggung jawab teman sebayanya, seperti : mencuri, free sex, narkotik,
miras, dan lain-lain. Remaja diharapkan memiliki penyesuaian sosial yang tepat
dalam arti kemampuan untuk mereaksi secara tepat terhadap realitas sosial,
situasi dan relasi baik di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
Masa
dewasa, yang merupakan masa tenang setelah mengalami berbagai aspek gejolak
perkembangan pada masa remaja. Meskipun segi-segi yang dipelajari sama tetapi
isi bahasannya berbeda, karena masa dewasa merupakan masa pematangan kemampuan
dan karakteristik yang telah dicapai pada masa remaja. Oleh karena itu,
perkembangan sosial orang dewasa tidak akan jauh berbeda kaitannya dengan
perkembangan sosial remaja.
Dari
hal-hal yang diuraikan di atas maka penyusun membuat makalah dengan
judul”Perkembangan Sosial Pribadi Remaja dan Implikasinya Terhadap Proses
Belajar”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas,
penyusun merumuskan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud
dengan perkembangan sosial?
2. Apa saja
karakteristik perkembangan sosial anak, remaja, dan dewasa?
3. Apakah
faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial?
4. Bagaimana pengaruh
perkembangan sosial terhadap tingkah laku?
5. Mengapa dan
bagaimana perkembangan sosial seseorang dijadikan implikasi terhadap
penyelenggaraan pendidikan?
6. Apa yang dimaksud dengan perkembangan
kepribadian?
7. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi
kepribadian?
8. Apa saja
karakteristik perkembangan kepribadian anak, remaja, dan dewasa?
C. Tujuan Makalah
Sejalan dengan rumusan masalah di atas,
makalah ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan:
1.
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan
perkembangan sosial.
2.
Untuk mengetahui karakteristik perkembangan
sosial anak sampai dewasa.
3.
Untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan sosial.
4.
Untuk mengetahui pengaruh perkembangan
sosial terhadap tingkah laku seseorang.
5.
Untuk mengetahui alasan dan implikasi
perkembangan sosial terhadap penyelenggaraan pendidikan.
6.
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan
perkembangan kepribadian.
7.
Untuk mengetahui karakteristik kepribadian
yang sehat dan tidak sehat.
8.
Untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi kepribadian.
9.
Untuk mengetahui karakteristik kepribadian
anak sampai dewasa.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Perkembangan Sosial
Hubungan sosial merupakan hubungan
antarmanusia yang saling membutuhkan. Hubungan sosial dimulai dari tingkat yang
sederhana yang didasari oleh kebutuhan yang sederhana. Semakin dewasa,
kebutuhan manusia menjadi kompleks dan dengan demikian, tingkat hubungan sosial
juga berkembang menjadi amat kompleks. Pada jenjang perkembangan remaja,
seorang remaja bukan saja memerlukan orang lain demi memenuhi kebutuhan
pribadinya, tetapi mengandung maksud untuk disimpulkan bahwa pengertian
perkembangan sosial adalah berkembangnya tingkat hubungan antar manusia
sehubungan dengan meningkatnya kebutuhan hidup manusia.
Syamsu
Yusuf (2007) menyatakan bahwa Perkembangan sosial merupakan pencapaian
kematangan dalam hubungan sosial. Perkembangan sosial dapat pula diartikan
sebagao proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok,
moral dan tradisi meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling
berkomunikasi dan kerja sama.
Pada awal manusia dilahirkan belum
bersifat sosial, dalam artian belum memiliki kemampuan dalam berinteraksi
dengan orang lain. Kemampuan sosial anak diperoleh dari berbagai kesempatan dan
pengalaman bergaul dengan orang-orang dilingkungannya.
Kebutuhan
berinteraksi dengan orang lain telah dirsakan sejak usia enam bulan, disaat itu
mereka telah mampu mengenal manusia lain, terutama ibu dan anggota keluarganya.
Anak mulai mampu membedakan arti senyum dan perilaku sosial lain, seperti marah
(tidak senang mendengar suara keras) dan kasih sayang. Sunarto dan Hartono
(1999) menyatakan bahwa:
Hubungan
sosial (sosialisasi) merupakan hubungan antar manusia yang saling membutuhkan.
Hubungan sosial mulai dari tingkat sederhana dan terbatas, yang didasari oleh
kebutuhan yang sederhana. Semakin dewasa dan bertambah umur, kebutuhan manusia
menjadi kompleks dan dengan demikian tingkat hubungan sosial juga berkembang
amat kompleks.
B. Karakteristik Perkembangan Sosial
Anak, Remaja dan Dewasa
Pada usia ini anak mulai memiliki kesanggupan
menyesuaikan diri sendiri (egosentris) kepada sikap yang kooperatif (bekerja
sama) atau sosiosentris (mau memperhatikan kepentingan orang lain).
Berkat perkembangan sosial anak dapat menyesuaikan
dirinya dengan kelompok teman sebayanya maupun dengan lingkungan masyarakat
sekitarnya. Dalam proses belajar di sekolah, kematangan perkembangan sosila ini
dapat dimanfaatkan atau dimaknai dengan memberikan tugas-tugas kelompok, baik
yang membutuhkan tenaga fisik maupun tugas yang membutuhkan pikiran. Hal ini
dilakukan agar peserta didik belajar tentang sikap dan kebiasaan dalam bekerja
sama, saling menghormati dan betanggung jawab.
Pada masa remaja berkembang ”social cognition”,
yaitu kemampuan untuk memahami orang lain. Ramaja memahami orang lain sebagi
individu yang unik, baik menyangkut sifat pribadi, minat,nilai-nilai, maupun
perasaannya.
Pada masa ini juga berkembang sikap ”conformity”,
yaitu kcenderungan untuk menyerah atau megikuti opini, pendapat, nilai,
kebiasaan, kegemaran atau keinginan orang lain (teman sebaya).
Apabila kelompok teman sebaya yang diikuti menampilkan
sikap dan perilaku yang secara moral dan agama dapat dipertanggungjawabkan maka
kemungkinan besar remaja tersebut akan menampilkan pribadinya yang baik.
Sebaliknya, apabila kelompoknya itu menampilkan sikap dan perilaku yang
melecehkan nilai-nilai moral maka sangat dimungkinkan remaja akan melakukan
perilaku seperti kelompoknya tersebut.
Selama masa dewasa, dunia sosial dan personal dari
individu menjadi lebih luas dan kompleks dibandingkan dengan masa-masa
sebelumnya. Pada masa dewasa ini, individu memasuki peran kehidupan yang lebih
luas. Pola dan tingkah laku sosial orang dewasa berbeda dalam beberapa hal dari
orang yang lebih muda. Perbedaan tersebut tidak disebabkan oleh perubahan fisik
dan kognitif yang berkaitan dengan penuaan, tetapi lebih disebabkan oleh
peristiwa-peristiwa kehidupan yang dihubungkan dengan keluarga dan pekerjaan.
Selam periode ini orang melibatkan diri secara khusus dala karir, pernikahan
dan hidup berkeluarga. Menurut Erikson, perkembangan psikososial selama masa
dewasa dan tua ini ditandai dengan tiga gejala penting, yaitu keintiman,
generatif dan integritas.
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Perkembangan Sosial
Perkembangan
sosial manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: keluarga, kematangan
anak, status ekonomi keluarga, tingkat pendidikan, dan kemampuan mental
terutama emosi dan inteligensi.
1)
Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang
memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk
perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga merupakan
lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak. Di dalam keluarga berlaku
norma-norma kehidupan keluarga, dan dengan demikian pada dasarnya keluarga
merekayasa perilaku kehidupan anak. Proses pendidikan yang bertujuan
mengembangkan kepribadian anak lebih banyak ditentukan oleh keluarga. Pola
pergaulan dan bagaimana norma dalam menempatkan diri terhadap lingkungan yang
lebih luas ditetapkan dan diarahkan oleh keluarga.
2)
Kematangan Anak
Bersosialisasi memerlukan kematangan fisik
dan psikis. Untuk mampu mempertimbangan dalam proses sosial, memberi dan
menerima pendapat orang lain, memerlukan kematangan intelektual dan emosional.
Di samping itu, kemampuan berbahasa ikut pula menentukan. Dengan
demikian, untuk mampu bersosialisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik
sehingga setiap orang fisiknya telah mampu menjalankan fungsinya dengan baik.
3)
Status Sosial Ekonomi
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh
kondisi atau status kehidupan sosial keluarga dalam lingkungan masyarakat.
Masyarakat akan memandang anak, bukan sebagai anak yang independen, akan tetapi
akan dipandang dalam konteksnya yang utuh dalam keluarga anak itu. “ia anak
siapa”. Secara tidak langsung dalam pergaulan sosial anak, masyarakat dan
kelompoknya dan memperhitungkan norma yang berlaku di dalam keluarganya.
Dari pihak anak itu sendiri, perilakunya akan banyak memperhatikan kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh keluarganya. Sehubungan dengan itu, dalam kehidupan sosial anak akan senantiasa “menjaga” status sosial dan ekonomi keluarganya. Dalam hal tertentu, maksud “menjaga status sosial keluarganya” itu mengakibatkan menempatkan dirinya dalam pergaulan sosial yang tidak tepat. Hal ini dapat berakibat lebih jauh, yaitu anak menjadi “terisolasi” dari kelompoknya. Akibat lain mereka akan membentuk kelompok elit dengan normanya sendiri.
Dari pihak anak itu sendiri, perilakunya akan banyak memperhatikan kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh keluarganya. Sehubungan dengan itu, dalam kehidupan sosial anak akan senantiasa “menjaga” status sosial dan ekonomi keluarganya. Dalam hal tertentu, maksud “menjaga status sosial keluarganya” itu mengakibatkan menempatkan dirinya dalam pergaulan sosial yang tidak tepat. Hal ini dapat berakibat lebih jauh, yaitu anak menjadi “terisolasi” dari kelompoknya. Akibat lain mereka akan membentuk kelompok elit dengan normanya sendiri.
4)
Pendidikan
Pendidikan merupakan proses sosialisasi
anak yang terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang
normatif, akan memberikan warna kehidupan sosial anak di dalam masyarakat dan
kehidupan mereka di masa yang akan datang. Pendidikan dalam arti luas harus
diartikan bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh kehidupan keluarga,
masyarakat, dan kelembagaan. Penanaman norma perilaku yang benar secara sengaja
diberikan kepada peserta didik yang belajar di kelembagaan
pendidikan(sekolah). Kepada peserta didik bukan saja dikenalkan kepada
norma-norma lingkungan dekat, tetapi dikenalkan kepada norma kehidupan
bangsa(nasional) dan norma kehidupan antarbangsa. Etik pergaulan membentuk
perilaku kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
5)
Kapasitas Mental, Emosi, dan Intelegensi
Kemampuan berpikir banyak mempengaruhi
banyak hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa. Anak
yang berkemampuan intelektual tinggi akan berkemampuan berbahasa secara baik.
Oleh karena itu kemampuan intelektual tinggi, kemampuan berbahasa baik, dan
pengendalian emosional secara seimbang sangat menentukan keberhasilan dalam perkembangan
sosial anak. Sikap saling pengertian dan kemampuan memahami
orang lain merupakan modal utama dalam kehidupan sosial dan hal ini akan dengan
mudah dicapai oleh remaja yang berkemampuan intelektual tinggi.
D. Pengaruh Perkembangan Sosial terhadap
Tingkah Laku
Dalam
perkembangan sosial anak, mereka dapat memikirkan dirinya dan orang lain.
Pemikiran itu terwujud dalam refleksi diri, yang sering mengarah kepenilaian
diri dan kritik dari hasil pergaulannya dengan orang lain. Hasil pemikiran
dirinya tidak akan diketahui oleh orang lain, bahkan sering ada yang
menyembunyikannya atau merahasiakannya.
Pikiran
anak sering dipengaruhi oleh ide-ide dari teori-teori yang menyebabkan sikap
kritis terhadap situasi dan orang lain, termasuk kepada orang tuanya. Kemampuan
abstraksi anak sering menimbulkan kemampuan mempersalahkan kenyataan dan
peristiwa-peristiwa dengan keadaan bagaimana yang semestinya menurut alam
pikirannya.
Disamping
itu pengaruh egoisentris sering terlihat, diantaranya berupa :
a.
Cita-cita dan idealisme yang baik, terlalu
menitik beratkan pikiran sendiri, tanpa memikirkan akibat labih jauh dan tanpa
memperhitungkan kesulitan praktis yang mungkin menyebabkan tidak berhasilnya
menyelesaikan persoalan.
b.
Kemampuan berfikir dengan pendapat sendiri,
belum disertai pendapat orang lain dalam penilaiannya.Melalui banyak pengalaman
dan penghayatan kenyataan serta dalam menghadapi pendapat orang lain,
maka sikap ego semakin berkurang dan diakhir masa remaja sudah sangat kecil
rasa egonya sehingga mereka dapat bergaul dengan baik.
E. Implikasi Perkembangan Sosial terhadap
Penyelenggaraan Pendidikan
Remaja yang dalam masa mencari dan
ingin menentukan jati dirinya memiliki sikap yang terlalu tinggi menilai
dirinya atau sebaliknya. Mereka belummemahami benar tentang norma-norma sosial
yang berlaku di dalam kehidupan bermasyarakat. Keduanya dapat menimbulkan
hubungan sosial yang kurang serasi, karena mereka sukar untuk menerima norma
sesuai dengan kondisi dalam kelompok atau masyarakat. Sikap menentang dan sikap
canggung dalam pergaulan akan merugikan kedua belah pihak. Oleh karena itu,
diperlukan adanya upaya pengembangan hubungan social remaja yang diawali dari
lingkungan keluarga, sekolah serta lingkungan masyarakat.
a)
Lingkungan Keluarga
Orang
tua hendaknya mengakui kedewasaan remaja dengan jalan memberikan kebebasan
terbimbing untuk mengambil keputusan dan tanggung jawab sendiri. Iklim kehidupan
keluarga yang memberikan kesempatan secara maksimal terhadp pertumbuhan dan
perkembangan anak akan dapat membantu anak memiliki kebebasan psikologis untuk
mengungkapkan perasaannya. Dengan cara demikian, remaja akan
merasa bahwa dirinya dihargai, diterima, dicintai, dan dihormati
sebagai manusia oleh orang tua dan anggota keluarga lainnya.Dalam konteks
bimbingan orang tua terhadap remaja, Hoffman (1989) mengemukakan tiga jenis
pola asuh orang tua yaitu :
Ø Pola
asuh bina kasih (induction)
Yaitu
pola asuh yang diterapkan orang tua dalam mendidik anaknya dengan senantiasa
memberikan penjelasan yang masuk akal terhadap setiap keputusan dan perlakuan
yang diambil oleh anaknya.
Ø Pola
asuh unjuk kuasa (power assertion)
Yaitu
pola asuh yang diterapkan orang tua dalam mendidik anaknya dengan senantiasa
memaksakan kehendaknya untuk dipatuhi oleh anak meskipun anak tidak dapat
menerimanya.
Ø Pola
asuh lepas kasih (love withdrawal)
Yaitu
pola asuh yang diterapkan orang tua dalam mendidik anaknya dengan cara menarik
sementara cinta kasihnya ketika anak tidak menjalankan apa yang dikehendaki
orang tuanya, tetapi jika anak sudah mau melaksanakan apa yang dihendaki orang
tuanya maka cinta kasihnya itu dikembalikan seperti sediakala. Dalam konteks
pengembangan kepribadian remaja, termasuk didalamnya pengembangan hubungan
sosial, pola asuh yang disarankan oleh Hoffman (1989) untuk diterpakan adalah
pola asuh bina kasih (induction). Artinya, setiap keputusan yang diambil oleh
orang tua tentang anak remajanya atau setiap perlakuan yang diberikan orang tua
terhadap anak remajanya harus senantiasa disertai dengan penjelasan atau alasan
yang rasional. Dengan cara demikian, remaja akan dapat mengembangkan
pemikirannya untuk kemudian mengambil keputusan mengikuti atau tidak terhadap
keputusan atau perlakuan orang tuanya
b) Lingkungan
Sekolah
Di
dalam mengembankan hubungan sosial remaja, guru juga harus mampu mengembangkan
proses pendidikan yang bersifat demokratis, guru harus berupaya agar pelajaran
yang diberikan selalu cukup menarik minat anak, sebab tidak jarang anak
menganggap pelajaran yang diberikan oleh guru kepadanya tidak bermanfaat. Tugas
guru tidak hanya semata-mata mengajar tetapi juga mendidik. Artinya, selain
menyampaikan pelajaran sebagai upaya mentransfer pengetahuan kepada peserta
didik, juga harus membina para peserta didik menjadi manusia dewasa yang
bertanggung jawab. Dengan demikian, perkembangan hubungan sosial remaja akan
dapat berkembang secara maksimal.
c)
Lingkungan Masyarakat
·
Penciptaan kelompok sosial remaja perlu
dikembangkan untuk memberikan rangsang kepada mereka kearah perilaku yang
bermanfaat.
·
Perlu sering diadakan kegiatan kerja bakti
, bakti karya untuk dapat mempelajari remaja bersosialisasi sesamanya dan
masyarakat.
F. Pengertian Perkembangan Kepribadian
Secara etimologis, kepribadian
merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris “personality”. Sedangkan
istilah personality secara etimologis berasal dari Bahasa Latin “person”
(kedok) dan “personare” (menembus). Persona biasanya dipakai oleh para pemain
sandiwara pada zaman kuno untuk memerankan satu bentuk tingkah laku dan
karakter pribadi tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan personare adalah
bahwa para pemain sandiwara itu dengan melalui kedoknya berusaha menembus
keluar untuk mengekspresikan satu bentuk gambaran manusia tertentu. Misalnya,
seorang pemurung, pendiam, periang, peramah, pemarah, dan sebagainya. Jadi, persona
itu bukan pribadi pemain itu sendiri, tetapi gambaran pribadi dari tipe manusia
tertentu dengan melalui kedok yang dipakainya.
G. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kepribadian
Kepribadian dipengaruhi oleh berbagai
faktor, baik hereditas (pembawaan) maupun lingkungan (seperti fisik, sosial,
kebudayaan, spiritual).
a.
Fisik.
Faktor fisik yang dipandang mempengaruhi
perkembangan kepribadian adalah postur tubuh (langsing, gemuk, pendek atau
tinggi), kecantikan (cantik atau tidak cantik), kesehatan (sehat atau sakit-sakitan),
keutuhan tubuh (utuh atau cacat), dan keberfungsian organ tubuh.
b.
Intelegensi.
Tingkat intelegensi individu dapat
mempengaruhi perkembangan kepribadiannya. Idividu yang intelegensinya tinggi
atau normal biasa mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara wajar,
sedangkan yang rendah biasanya sering mengalami hambatan atau kendala dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
c.
Keluarga.
Suasana atau iklim keluarga sangat penting
bagi perkembangan kepribadian anak. Seorang anak yang dibesarkan di lingkungan
keluarga yang harmonis dan agamis, dalam arti orang tua memberikan curahan
kasih sayang, perhatian serta bimbingan dalam kehidupan berkeluarga, maka
perkembangan kepribadian anak tersebut cenderung positif. Adapun anak yang
dikembangkan dalam lingkungan keluarga yang broken home, kurang harmonis,
orangtua bersikap keras terhadap anak atau tidak memperhatikan nilai-nilai
agama dalam keluarga, maka perkembangan kepribadiannya cenderung akan mengalami
distorsi atau mengalami kelainan dalam penyesuaian dirinya.
H. Perkembangan Bahasa Peserta Didik
Sesuai
dengan fungsinya, bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh
seseorang dalam pergaulan atau hubungannya dengan orang lain. Bahasa merupakan
alat bergaul. Oleh karena itu, penggunaan bahasa menjadi efektif sejak seorang
individu memerlukan berkomunikasi dengan orang lain.
Perkembangan
bahasa terkait dengan perkembangan kognitif, yang berarti faktor intelek/
kognisi sangat berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan berbahasa.
Perkembangan bahasa sangat dipengaruhi oleh lingkungan., karena bahasa pada
dasarnya merupakan hasil belajar dari lingkungan. Jadi perkembangan bahasa
adalah meningkatnya kemampuan penguasaan alat komunikasi, baik secara lisan,
tertulis, maupun dengan tanda-tanda dan isyarat. Mampu dan menguasai alat
komunikasi di sini diartikan sebagai upaya seseorang untuk dapat memahami dan
dipahami orang lain.
Ø Faktor-faktor
yang mempengaruhi perkembangan bahasa
Berbahasa terkait
erat dengan kondisi
pergaulan. Oleh sebab itu perkembangannya dipengaruhi oleh faktor
:
a. Umur anak
b. Kondisi Lingkungan
c. Kecerdasan
d. Status sosial ekonomi keluarga
e. Kondisi fisik
Ø Pengaruh
kemampuan berbahasa terhadap kemampuan berpikir
Kemampuan
berbahasa dan kemampuan berpikir saling berpengaruh satu sama lain. Bahwa
kemampuan berpikir berpengaruh terhadap kemampuan berbahasa dan sebaliknya
kemampuan berbahasa berpengaruh terhadap kemampuan berpikir. Seseorang yang
rendah kemampuan berpikirnya, akan mengalami kesulitan dalam menyusun kalimat
yang baik, logis, dan sistematis. Hal ini pula yang mengakibatkan sulirnya
berkomunikasi.
Ø Upaya
pengembangan kemampuan berbahasa dan implikasinya dalam penyelenggaraan
pendidikan.
Perkembangan
bahasa yang menggunakan model pengekspresian secara mandiri, baik lisan maupun
tertulis, dengan mendasarkan pada bahan bacaan, akan lebih mengembangkan
kemampuan bahasa anak dan membentuk pola bahasa masing-masing. Dalam penggunaan
model ini guru harus banyak memberikan rangsangan dan koreksi dalam bentuk
diskusi atau komunikasi bebas. Dalam pola itu sarana perkembangan bahasa
seperti buku-buku surat kabar, majalah dan lain-lain hendaknya disediakan di
sekolah maupun di rumah.
I. Perkembangan Emosi
Gejala-gejala
emosional seperti: marah, takut, bangga dan rasa malu, cita dan benci, harapan
dan rasa putus asa, perlu dicermati dan dipahami dengan baik.
1.
Pengertian emosi :
Perbuatan atau perilaku kita sehari-hari
pada umumnya disertai oleh perasaan-perasaan tertentu seperti : Perasaan senang
dan tidak senang. Perasaan senang dan tidak senang yang selalu menyertai
perbuatan-perbuatan kita sehari-hari disebut "warna efektif ". Warna
efektif itu kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah, atau kadang-kadang tidak
jelas (samar-samar). Dalam hal warna efektif yang kuat, maka perasaan-perasaan
menjadi lebih mendalam, lebih luas, dan lebih terarah sehingga perasaan seperti
ini disebut "emosi".
Emosi
dan perasaan adalah dua haï yang berbeda. Dari pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa : emosi adalah perasaan yang tidak dapat
dikendalikan. Sedangkan perasaan adalah suasana psikis yang mengambil bagian
pribadi dalam situasi, dengan jalan membuka diri terhadap suatu hal yang
berbeda dengan keadaan atau nilai dalam dirinya. Bagaimana dri-dri khas emosi ?
pada saat emosi terjadi, sering kali terjadi perubahan-perubahan pada fïsik,
antara Iain berupa :
• Reaksi elektris pada kulit meningkat,
sehingga kelihatan marah.
• Peredaran darah bertambah cepat bila
marah.
• Denyut jantung bertambah cepat bila
terkejut.
• Pernapasan bernapas panjang bila kecewa.
• Pupil mata membesar bila marah.
• Liur mengering kalau takut/tegang.
• Bulu roma berdiri kalau takut
• Pencernaan mencret-mencret kalau tegang.
• Otot terjadi tegang dan bergetar.
2.
Karakteristik perkembangan emosi :
Jenis emosi yang secara normal adalah :
cinta, kasih. Sayang, gembira, amarah, takut dan cernas, cemburu, dan sedih.
-
Cinta, kasih dan sayang :
Cinta,
adalah suatu perasaan suka sekali, perasaan terpikat antara laki-laki dan
perempuan yang kadang-kadang didasari oleh nafsu. Kasih, adalah suatu perasaan yang ada pada diri
seseorang untuk menyayangi sesamanya seperti menyayangi diri sendiri. Sayang,
adalah suatu perasaan penyelesaian yang disertai oleh rasa rindu sebagai
aktualisasi rasa kasih.
-
Marah dan permusuhan :
Rasa
marah merupakan realitas yang mempertajam tuntutan dan pemilikan minât, yang
mengakibatkan peredaran darah bertambah cepat, otot menjadi tegang dan
bergetar.
Ada
4 macam yang perlu diperhatikan dalam hal marah dan permusuhan seperti berikut
ini :
· Marah
merupakan upaya individu untuk melindungi haknya agar bisa bebas dari
ketergantungan nya dan menjamin hubungannya dengan pihak lain.
· Perlu
pula disadari sisa-sisa kemarahan itu dapat terjadi menjadi permusuhan dalam
bentuk : dendam, kesedihan, prasangka atau kecenderungan untuk merasa tersiksa.
Sikap-sikap permusuhan itu tumbuh karena saling curiga dan tidak bersahabat.
· Kemarahan
dan permusuhan, dapat timbul oleh rasa cemburu, baik cemburu karena cinta
maupun kecemburuan sosial.
· marah
dapat terjadi karena diri sendiri tidak dapat merealisasi apa yang ingin
dicapai.
J. Perkembangan Nilai Moral dan Sikap
Ø Pengertian
nilai, moral dan peserta didik :
Nilai-nilai
kehidupan adalah norma-norma yang berlaku di masyarakat, misalnya adat
kebiasaan, sopan santun dan sebagainya. Jadi, sopan santun, adat dan kebiasaan
serta nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila adalah nilai-nilai yang hidup
menjadi pegangan seseorang dalam kedudukannya sebagai warga negara Indonesia
dalam hubungannya hidup dengan negara dan dengan sesama warga negara.
Nilai-nilai
yang terkandung dalam Pancasila seperti yang tercantum di dalam sila
"kemanusiaan yang adil beradap" sebagai berikut :
- Mengakui
persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama manusia.
- Mengembangkan
sikap tenggang rasa.
- Tidak
semena-mena terhadap orang lain, berani membela kebenaran dan keadilan, dan
sebagainya.
Moral
adalah ajaran tentang baik buruk, perbuatan dan kelakuan, akhlak, kewajiban dan
sebagainya.
Nilai-nilai
kehidupan sebagai norma dalam masyarakat senantiasa menyangkut persoalan antara
baik dan buruk, jadi berkaitan dengan moral. Sikap adalah kesediaan bereaksi
individu terhadap suatu hal. Dengan demikian, keterkaitan antara nilai, moral,
sikap dan tingkah laku akan tampak dalam pengalaman nilai-nilai
Ø Faktor-faktor
yang mempengaruhi perkembangan nilai, moral dan sikap:
Perkembangan
enternalisasi nilai-nilai terjadi melalui identifikasi dengan orang-orang yang
dianggap nya sebagai model.
Perkembangan
moral dipandang sebagai proses internasionalisasi norma-norma masyarakat dan di
pandang sebagai kematangan dari sudut organik biologik. Menurut psikonalisis,
moral dan nilai menyatu dalam konsep "super ego". Super ego dibentuk
melalui jalan internalisasi larangan-Iarangan atau perintah-perintah yang
datang dari Iuar (terutama dari orang tua).
Didalam
usaha membentuk tingkah laku sebagai pencerminan nilai-nilai hidup tertentu
ternyata bahwa faktor lingkungan memang peranan penting dalam pembentukan
moral. Maka jelas sifat dan sifat lingkungan terhadap nilai hidup tertentu dan
moral makin kuat pula pengaruhnya untuk membentuk (atau meniadakan) tingkah
laku yang sesuai.
Ø Upaya
pengembangan nilai, moral dan sikap, serta implikasi nya dalampenyelenggaraan
pendidikan :
Adapun
upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam mengembangkan nilai, moral dan sikap
adalah :
§ Menciptakan
komunikasi : didahului dengan pemberian informasi tentang nilai-nilai dan
moral.
§ Menciptakan
lingkungan yang serasi : seseorang yang mempelajari nilai hidup, moral
tertentu, kemudian berhasil memiliki sikap dan tingkah Iaku sebagai pencerminan
nilai hidup itu.
K.
Perkembangan
Pribadi Peserta Didik
· Faktor-faktor
yang mempengaruhi perkembangan pribadi :
- Pengaruh
status sosial ekonomi .
- Pengaruh
faktor keturunan.
- Pengaruh faktor lingkungan.
- Pengaruh faktor pembawaan dan lingkungan
· Perbedaan
individu dalam perkembangan pribadi :
Lingkungan kehidupan sosial budaya yang
mempengaruhi perkembangan kepribadian manusia amatlah kompleks dan heterogen.
· Pengaruh
perkembangan kehidupan pribadi terhadap tingkah laku :
Kehidupan merupakan rangkaian yang
berkesinambungan dalam prosespertumbuhan dan perkembangan.
· Upaya
pengembangan kehidupan pribadi :
Kehidupan kepribadian merupakan rangkaian
proses pertumbuhan dan perkembangan,
perlu dipersiapkan dengan baik.
L.
Implikasinya
Perkembangan Sosial, Kepribadian Terhadap Kegiatan Belajar Mengajar
v Perhatian
guru perlu di arahkan kepada kemampuan siswa didalam penyelenggaraan pendidikan
sehingga terdapat pangkuan terhadap kemampuan, terhadap kepercayaan, kebebasan
dan semacamnya.
v Guru
perlu memberi pengarahan akademis yang sesuai dengan kemampuan, minât dan bakat
siswa, maupun terhadap jenis pekerjaan sesuai dengan keterampilan peserta
didik. Di samping itu, perlu pula diberi bimbingan praktis sesuai dengan
lapangan kerja yang dibutuhkan di dalam masyarakat, serta bimbingan perkawinan.
v Perlu juga diperhatikan penyusunan kurikulum
yang sesuai dengan kebutuhan kerja di masyarakat atau yang menjamin pekerjaan
setelah siswa tamat $ulus).
v Perlu
pula diperhatikan pendidikan tentang nilai kehidupan untuk lebih mengenal norma
kehidupan sosial masyarakat, melalui organisasi pemuda, pertemuan secara
periodik dengan orang tua siswa, serta pemantapan pendidikan agama.
v Perlu pula diperhatikan tentang muatan lokal
yang harus ditampilkan (khususnya SD). Isi muatan lokal haruslah secara
selektif, yang benar-benar dapat memberi bekal apabila siswa tidak melanjutkan lagi.
Keterampilan yang diperoleh melalui muatan lokal dapat memberi jaminan
kelangsungan hidup di masyarakat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan
uraian bab sebelumnya dapat dikemukakan kesimpulan
sebagai berikut:
ü Perkembangan
sosial adalah berkembangnya tingkat hubungan antarmanusia sehubungan dengan
meningkatnya keutuhan hidup manusia.
ü Perhatian
remaja mulai tertuju pada pergaulan di dalam masyarakat dan mereka membutuhkan
pemahaman tentang norma kehidupan yang kompleks. Pergaulan remaja banyak diwujudkan
dalam bentuk kehidupan kelompok terutama kelompok sebaya.
ü Perkembangan
anak remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : kondisi keluarga,
kematangan anak, status social ekonomi keluarga, pendidikan, dan kapasitas
mental terutama intelek dan emosi.
ü Hubungan
sosial remaja terutama yang berkaitan dengan proses penyesuaian diri
berpengaruh terhadap tingkah laku, seperti remaja keras, remaja yang
mengisolasi diri, remaja yang bersifat egois dan sebagainya.
ü Pertumbuhan dan perkembangan manusia dimulai sejak
terjadinya konsepsi yaitu pertemuan antara ovum dan sperma, pertumbuhan dan
perkembangan berlangsung terus dalam kandungan kemudian lahir sampai usia tua
dan akhirnya berhenti pada kematian.
ü Dari lahir sampai tua perkembangan dibagi dalam empat
periode yaitu periode anak, periode remaja, periode dewasa dan periode tua
dimana masing-masing periode tidak berdiri sendiri secara terpisah melainkan
saling berkaitan. Periode yang
mendahului merupakan dasar bagi periode berikutnya dan masing-masing periode
memiliki karakteristik sendiri-sendiri.
B. Saran
Sejalan dengan kesimpulan di atas, penyusun
dapat menyarankan sebagai berikut:
ü Setiap
calon pendidik dapat memahami konsep perkembangan sosial peserta didiknya.
ü Sebagai
calon pendidik agar dapat menciptakan komunikasi yang baik dan menarik serta
dapat memotivasi peserta didiknya.
ü Sebagai
calon pendidik agar dapat mengatasi emosional dan keegoisan peserta didiknya
DAFTAR PUSTAKA
Kurnia,
inggrid dkk. 2007. Perkembangan Belajar Peserta Didik. Tidak
diterbitkan.
Sunarto & Hartono. 1995. Perkembangan Peserta
Didik. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
______.2010.
Perkembangan Hubungan Sosial Remaja. (Online). (http://prince-mienu.blogspot.com/2010/01/makalah-tentang-perkembangan-hubungan.html).Diakses
tanggal17 Nopember 2011.
_______.2007.PerkembanganSosial Anak.(Online).(http://h4md4ni.wordpress.com/perkembang-anak/).
Diakses tanggal 17 Nopember 2011.
_______.
2011. Perkembangan Hubungan Sosial. (Online). (http://www.g-excess.com/id/makalah-dan-pengertian-hubungan-sosial.html).
Diakses tanggal 17 Nopember 2011.
Siringoringo
Manatap.2011. Perkembangan Peserta Didik.
Palangka Raya: Kementrian Pendidikan Nasional Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Palangka Raya.