Kamis, 05 Desember 2013

Perkembangan Peserta Didik


KATA PENGANTAR

              Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik dengan judul: “Perkembangan Sosial Pribadi Remaja dan Implikasinya Terhadap Proses Belajar”.
              Makalah ini ditujukan untuk kriteria penilaian terhadap mata kuliah Perkembangan Peserta Didik Oleh Bapak: Drs. Manatap Siringoringo. SPd, MPd .
              Makalah ini kami buat agar mempermudah pembaca untuk memahami dan memberikan pedoman terhadap isi materi makalah ini. Dan kami pun berharap agar susunan makalah ini dapat memberikan pelajaran yang bermanfaat dalam proses belajar-mengajar.
              Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan demi perbaikan makalah itu
.






                                                                                    Palangka Raya,    Nopember 2011


                                                                                                            Penyusun





DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………… i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………... ii
BAB I  PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang Masalah………………………………………………………...
B.       Rumusan Masalah……………………………………………………………….
C.       Tujuan Masalah………………………………………………………………….
BAB II  PEMBAHASAN
A.       Pengertian Perkembangan Sosial………………………………………………
B.       Karakteristik Perkembangan Sosial Anak, Remaja dan Dewasa………….
C.       Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial………………..
D.      Pengaruh Perkembangan Sosial terhadap Tingkah Laku……………….
E.       Implikasi Perkembangan Sosial terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
F.        Pengertian Perkembangan Kepribadian……………………………………
G.      Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian………………………..
H.      Perkembangan Bahasa Peserta Didik……………………………………
I.         Perkembangan Emosi………………………………………………………
J.         Perkembangan Nilai Moral dan Sikap………………………………………
K.      Perkembangan Pribadi Peserta Didik………………………………………
L.        Implikasinya Perkembangan Sosial, Kepribadian Terhadap Kegiatan Belajar  Mengajar……………………………………………………………
BAB III  PENUTUP
A.       Kesimpulan……………………………………………………………………
B.       Saran……………………………………………………………………………





BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah
            Peserta didik adalah makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, ia membutuhkan orang lain untuk dapat tumbuh kembang menjadi manusia yang utuh. Dalam perkembangannya, pendapat dan sikap peserta didik dapat berubah karena interaksi dan saling berpengaruh antar sesama peserta didik maupun dengan proses sosialisasi. Dengan mempelajari perkembangan hubungan sosial diharapkan dapat memahami pengertian dan proses sosialisasi peserta didik.
Pada awal manusia dilahirkan belum bersifat sosial, dalam artian belum memiliki kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan sosial anak diperoleh dari berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orang-orang dilingkungannya.
Kebutuhan berinteraksi dengan orang lain telah dirasakan sejak usia enam bulan, disaat itu mereka telah mampu mengenal manusia lain, terutama ibu dan anggota keluarganya. Anak mulai mampu membedakan arti senyum dan perilaku sosial lain, seperti marah (tidak senang mendengar suara keras) dan kasih sayang.
Perkembangan sosial pada masa remaja berkembang kemampuan untuk memahami orang lain sebagai individu yang unik. Baik menyangkut sifat-sifat pribadi, minat, nilai-nilai atau perasaan sehingga mendorong remaja untuk bersosialisasi lebih akrab dengan lingkungan sebaya atau lingkungan masyarakat baik melalui persahabatan atau percintaan. Pada masa ini berkembangan sikap cenderung menyerah atau mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran, keinginan orang lain. Ada lingkungan sosial remaja (teman sebaya) yang menampilkan sikap dan perilaku yang dapat dipertanggung jawabkan misalnya: taat beribadah, berbudi pekerti luhur, dan lain-lain. Tapi ada juga beberapa remaja yang terpengaruh perilaku tidak bertanggung jawab teman sebayanya, seperti : mencuri, free sex, narkotik, miras, dan lain-lain. Remaja diharapkan memiliki penyesuaian sosial yang tepat dalam arti kemampuan untuk mereaksi secara tepat terhadap realitas sosial, situasi dan relasi baik di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
Masa dewasa, yang merupakan masa tenang setelah mengalami berbagai aspek gejolak perkembangan pada masa remaja. Meskipun segi-segi yang dipelajari sama tetapi isi bahasannya berbeda, karena masa dewasa merupakan masa pematangan kemampuan dan karakteristik yang telah dicapai pada masa remaja. Oleh karena itu, perkembangan sosial orang dewasa tidak akan jauh berbeda kaitannya dengan perkembangan sosial remaja.
Dari hal-hal yang diuraikan di atas maka penyusun membuat makalah dengan judul”Perkembangan Sosial Pribadi Remaja dan Implikasinya Terhadap Proses Belajar”.  
B.  Rumusan Masalah 
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penyusun merumuskan rumusan masalah sebagai berikut:
1.     Apa yang dimaksud dengan perkembangan sosial?
2.     Apa saja karakteristik perkembangan sosial anak, remaja, dan dewasa?
3.    Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial?
4.   Bagaimana pengaruh perkembangan sosial terhadap tingkah laku?
5.    Mengapa dan bagaimana perkembangan sosial seseorang dijadikan implikasi terhadap penyelenggaraan pendidikan?
6.    Apa yang dimaksud dengan perkembangan kepribadian?
7.     Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian? 
8.   Apa saja karakteristik perkembangan kepribadian anak, remaja, dan dewasa?
C.  Tujuan Makalah
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan:
1.        Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan perkembangan sosial.
2.      Untuk mengetahui karakteristik perkembangan sosial anak sampai dewasa.
3.       Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial.
4.      Untuk mengetahui pengaruh perkembangan sosial terhadap tingkah laku seseorang.
5.      Untuk mengetahui alasan dan implikasi perkembangan sosial terhadap penyelenggaraan pendidikan.
6.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan perkembangan kepribadian.
7.      Untuk mengetahui karakteristik kepribadian yang sehat dan tidak sehat.
8.      Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian.
9.      Untuk mengetahui karakteristik kepribadian anak sampai dewasa.



BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Perkembangan Sosial
            Hubungan sosial merupakan hubungan antarmanusia yang saling membutuhkan. Hubungan sosial dimulai dari tingkat yang sederhana yang didasari oleh kebutuhan yang sederhana. Semakin dewasa, kebutuhan manusia menjadi kompleks dan dengan demikian, tingkat hubungan sosial juga berkembang menjadi amat kompleks. Pada jenjang perkembangan remaja, seorang remaja bukan saja memerlukan orang lain demi memenuhi kebutuhan pribadinya, tetapi mengandung maksud untuk disimpulkan bahwa pengertian perkembangan sosial adalah berkembangnya tingkat hubungan antar manusia sehubungan dengan meningkatnya kebutuhan hidup manusia.
Syamsu Yusuf (2007)  menyatakan bahwa Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Perkembangan sosial dapat pula diartikan sebagao proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerja sama.
            Pada awal manusia dilahirkan belum bersifat sosial, dalam artian belum memiliki kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan sosial anak diperoleh dari berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orang-orang dilingkungannya.
Kebutuhan berinteraksi dengan orang lain telah dirsakan sejak usia enam bulan, disaat itu mereka telah mampu mengenal manusia lain, terutama ibu dan anggota keluarganya. Anak mulai mampu membedakan arti senyum dan perilaku sosial lain, seperti marah (tidak senang mendengar suara keras) dan kasih sayang. Sunarto dan Hartono (1999) menyatakan bahwa:
Hubungan sosial (sosialisasi) merupakan hubungan antar manusia yang saling membutuhkan. Hubungan sosial mulai dari tingkat sederhana dan terbatas, yang didasari oleh kebutuhan yang sederhana. Semakin dewasa dan bertambah umur, kebutuhan manusia menjadi kompleks dan dengan demikian tingkat hubungan sosial juga berkembang amat kompleks.
                       

B.  Karakteristik Perkembangan Sosial Anak, Remaja dan Dewasa
Pada usia ini anak mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri sendiri (egosentris) kepada sikap yang kooperatif (bekerja sama) atau sosiosentris (mau memperhatikan kepentingan orang lain).
Berkat perkembangan sosial anak dapat menyesuaikan dirinya dengan kelompok teman sebayanya maupun dengan lingkungan masyarakat sekitarnya. Dalam proses belajar di sekolah, kematangan perkembangan sosila ini dapat dimanfaatkan atau dimaknai dengan memberikan tugas-tugas kelompok, baik yang membutuhkan tenaga fisik maupun tugas yang membutuhkan pikiran. Hal ini dilakukan agar peserta didik belajar tentang sikap dan kebiasaan dalam bekerja sama, saling menghormati dan betanggung jawab.
Pada masa remaja berkembang ”social cognition”, yaitu kemampuan untuk memahami orang lain. Ramaja memahami orang lain sebagi individu yang unik, baik menyangkut sifat pribadi, minat,nilai-nilai, maupun perasaannya.
Pada masa ini juga berkembang sikap ”conformity”, yaitu kcenderungan untuk menyerah atau megikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran atau keinginan orang lain (teman sebaya).
Apabila kelompok teman sebaya yang diikuti menampilkan sikap dan perilaku yang secara moral dan agama dapat dipertanggungjawabkan maka kemungkinan besar remaja tersebut akan menampilkan pribadinya yang baik. Sebaliknya, apabila kelompoknya itu menampilkan sikap dan perilaku yang melecehkan nilai-nilai moral maka sangat dimungkinkan remaja akan melakukan perilaku seperti kelompoknya tersebut.
Selama masa dewasa, dunia sosial dan personal dari individu menjadi lebih luas dan kompleks dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Pada masa dewasa ini, individu memasuki peran kehidupan yang lebih luas. Pola dan tingkah laku sosial orang dewasa berbeda dalam beberapa hal dari orang yang lebih muda. Perbedaan tersebut tidak disebabkan oleh perubahan fisik dan kognitif yang berkaitan dengan penuaan, tetapi lebih disebabkan oleh peristiwa-peristiwa kehidupan yang dihubungkan dengan keluarga dan pekerjaan. Selam periode ini orang melibatkan diri secara khusus dala karir, pernikahan dan hidup berkeluarga. Menurut Erikson, perkembangan psikososial selama masa dewasa dan tua ini ditandai dengan tiga gejala penting, yaitu keintiman, generatif dan integritas.

C.  Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: keluarga, kematangan anak, status ekonomi keluarga, tingkat pendidikan, dan kemampuan mental terutama emosi dan inteligensi.
1)       Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak. Di dalam keluarga berlaku norma-norma kehidupan keluarga, dan dengan demikian pada dasarnya keluarga merekayasa perilaku kehidupan anak. Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak ditentukan oleh keluarga. Pola pergaulan dan bagaimana norma dalam menempatkan diri terhadap lingkungan yang lebih luas ditetapkan dan diarahkan oleh keluarga.

2)     Kematangan Anak
Bersosialisasi memerlukan kematangan fisik dan psikis. Untuk mampu mempertimbangan dalam proses sosial, memberi dan menerima pendapat orang lain, memerlukan kematangan intelektual dan emosional. Di samping itu, kemampuan berbahasa ikut pula  menentukan. Dengan demikian, untuk mampu bersosialisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik sehingga setiap orang fisiknya telah mampu menjalankan fungsinya dengan baik.

3)      Status Sosial Ekonomi
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status kehidupan sosial keluarga dalam lingkungan masyarakat. Masyarakat akan memandang anak, bukan sebagai anak yang independen, akan tetapi akan dipandang dalam konteksnya yang utuh dalam keluarga anak itu. “ia anak siapa”. Secara tidak langsung dalam pergaulan sosial anak, masyarakat dan kelompoknya dan memperhitungkan norma yang berlaku di dalam keluarganya.
Dari pihak anak itu sendiri, perilakunya akan banyak memperhatikan kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh keluarganya. Sehubungan dengan itu, dalam kehidupan sosial anak akan senantiasa “menjaga” status sosial dan ekonomi keluarganya. Dalam hal tertentu, maksud “menjaga status sosial keluarganya” itu mengakibatkan menempatkan dirinya dalam pergaulan sosial yang tidak tepat. Hal ini dapat berakibat lebih jauh, yaitu anak menjadi “terisolasi” dari kelompoknya. Akibat lain mereka akan membentuk kelompok elit dengan normanya sendiri.
4)     Pendidikan
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif, akan memberikan warna kehidupan sosial anak di dalam masyarakat dan kehidupan mereka di masa yang akan datang. Pendidikan dalam arti luas harus diartikan bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh kehidupan keluarga, masyarakat, dan kelembagaan. Penanaman norma perilaku yang benar secara sengaja diberikan kepada peserta didik yang belajar di kelembagaan   pendidikan(sekolah). Kepada peserta didik bukan saja dikenalkan kepada norma-norma lingkungan dekat, tetapi dikenalkan kepada norma kehidupan bangsa(nasional) dan norma kehidupan antarbangsa. Etik pergaulan membentuk perilaku kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

5)     Kapasitas Mental, Emosi, dan Intelegensi
Kemampuan berpikir banyak mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa. Anak yang berkemampuan intelektual tinggi akan berkemampuan berbahasa secara baik. Oleh karena itu kemampuan intelektual tinggi, kemampuan berbahasa baik, dan pengendalian emosional secara seimbang sangat menentukan keberhasilan dalam perkembangan    sosial    anak. Sikap saling pengertian dan kemampuan memahami orang lain merupakan modal utama dalam kehidupan sosial dan hal ini akan dengan mudah dicapai oleh remaja yang berkemampuan intelektual tinggi.

D. Pengaruh Perkembangan Sosial terhadap Tingkah Laku
Dalam perkembangan sosial anak, mereka dapat memikirkan dirinya dan orang lain. Pemikiran itu terwujud dalam refleksi diri, yang sering mengarah kepenilaian diri dan kritik dari hasil pergaulannya dengan orang lain. Hasil pemikiran dirinya tidak akan diketahui oleh orang lain, bahkan sering ada yang menyembunyikannya atau  merahasiakannya.
Pikiran anak sering dipengaruhi oleh ide-ide dari teori-teori yang menyebabkan sikap kritis terhadap situasi dan orang lain, termasuk kepada orang tuanya. Kemampuan abstraksi anak sering menimbulkan kemampuan mempersalahkan kenyataan dan peristiwa-peristiwa dengan keadaan bagaimana yang semestinya menurut alam  pikirannya.

Disamping itu pengaruh egoisentris sering terlihat, diantaranya berupa :
a.    Cita-cita dan idealisme yang baik, terlalu menitik beratkan pikiran sendiri, tanpa memikirkan akibat labih jauh dan tanpa memperhitungkan kesulitan praktis yang mungkin menyebabkan tidak berhasilnya menyelesaikan persoalan.
b.   Kemampuan berfikir dengan pendapat sendiri, belum disertai pendapat orang lain dalam penilaiannya.Melalui banyak pengalaman dan penghayatan  kenyataan serta dalam menghadapi pendapat orang lain, maka sikap ego semakin berkurang dan diakhir masa remaja sudah sangat kecil rasa egonya sehingga mereka dapat bergaul dengan baik.

E.  Implikasi Perkembangan Sosial terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
            Remaja yang dalam masa mencari dan ingin menentukan jati dirinya memiliki sikap yang terlalu tinggi menilai dirinya atau sebaliknya. Mereka belummemahami benar tentang norma-norma sosial yang berlaku di dalam kehidupan bermasyarakat. Keduanya dapat menimbulkan hubungan sosial yang kurang serasi, karena mereka sukar untuk menerima norma sesuai dengan kondisi dalam kelompok atau masyarakat. Sikap menentang dan sikap canggung dalam pergaulan akan merugikan kedua belah pihak. Oleh karena itu, diperlukan adanya upaya pengembangan hubungan social remaja yang diawali dari lingkungan keluarga, sekolah serta lingkungan masyarakat.
a)   Lingkungan Keluarga
Orang tua hendaknya mengakui kedewasaan remaja dengan jalan memberikan kebebasan terbimbing untuk mengambil keputusan dan tanggung jawab sendiri. Iklim kehidupan keluarga yang memberikan kesempatan secara maksimal terhadp pertumbuhan dan perkembangan anak akan dapat membantu anak memiliki kebebasan psikologis untuk mengungkapkan perasaannya.  Dengan cara demikian, remaja akan merasa bahwa dirinya dihargai, diterima, dicintai, dan  dihormati sebagai manusia oleh orang tua dan anggota keluarga lainnya.Dalam konteks bimbingan orang tua terhadap remaja, Hoffman (1989) mengemukakan tiga jenis pola asuh orang tua yaitu :
Ø Pola asuh bina kasih (induction)
Yaitu pola asuh yang diterapkan orang tua dalam mendidik anaknya dengan senantiasa memberikan penjelasan yang masuk akal terhadap setiap keputusan dan perlakuan yang diambil oleh anaknya.

Ø Pola asuh unjuk kuasa (power assertion)
Yaitu pola asuh yang diterapkan orang tua dalam mendidik anaknya dengan senantiasa memaksakan kehendaknya untuk dipatuhi oleh anak meskipun anak tidak  dapat menerimanya.
Ø Pola asuh lepas kasih (love withdrawal)
Yaitu pola asuh yang diterapkan orang tua dalam mendidik anaknya dengan cara menarik sementara cinta kasihnya ketika anak tidak menjalankan apa yang dikehendaki orang tuanya, tetapi jika anak sudah mau melaksanakan apa yang dihendaki orang tuanya maka cinta kasihnya itu dikembalikan seperti sediakala. Dalam konteks pengembangan kepribadian remaja, termasuk didalamnya pengembangan hubungan sosial, pola asuh yang disarankan oleh Hoffman (1989) untuk diterpakan adalah pola asuh bina kasih (induction). Artinya, setiap keputusan yang diambil oleh orang tua tentang anak remajanya atau setiap perlakuan yang diberikan orang tua terhadap anak remajanya harus senantiasa disertai dengan penjelasan atau alasan yang rasional. Dengan cara demikian, remaja akan dapat mengembangkan pemikirannya untuk kemudian mengambil keputusan mengikuti atau tidak terhadap keputusan atau perlakuan orang tuanya
b)  Lingkungan Sekolah
Di dalam mengembankan hubungan sosial remaja, guru juga harus mampu mengembangkan proses pendidikan yang bersifat demokratis, guru harus berupaya agar pelajaran yang diberikan selalu cukup menarik minat anak, sebab tidak jarang anak menganggap pelajaran yang diberikan oleh guru kepadanya tidak bermanfaat. Tugas guru tidak hanya semata-mata mengajar tetapi juga mendidik. Artinya, selain menyampaikan pelajaran sebagai upaya mentransfer pengetahuan kepada peserta didik, juga harus membina para peserta didik menjadi manusia dewasa yang bertanggung jawab. Dengan demikian, perkembangan hubungan sosial remaja akan dapat berkembang secara maksimal.
c)   Lingkungan Masyarakat
·         Penciptaan kelompok sosial remaja perlu dikembangkan untuk memberikan rangsang kepada mereka kearah perilaku yang bermanfaat.
·         Perlu sering diadakan kegiatan kerja bakti , bakti karya untuk dapat mempelajari remaja bersosialisasi sesamanya dan masyarakat.


F.   Pengertian Perkembangan Kepribadian
            Secara etimologis, kepribadian merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris “personality”. Sedangkan istilah personality secara etimologis berasal dari Bahasa Latin “person” (kedok) dan “personare” (menembus). Persona biasanya dipakai oleh para pemain sandiwara pada zaman kuno untuk memerankan satu bentuk tingkah laku dan karakter pribadi tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan personare adalah bahwa para pemain sandiwara itu dengan melalui kedoknya berusaha menembus keluar untuk mengekspresikan satu bentuk gambaran manusia tertentu. Misalnya, seorang pemurung, pendiam, periang, peramah, pemarah, dan sebagainya. Jadi, persona itu bukan pribadi pemain itu sendiri, tetapi gambaran pribadi dari tipe manusia tertentu dengan melalui kedok yang dipakainya.
G. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian
            Kepribadian dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik hereditas (pembawaan) maupun lingkungan (seperti fisik, sosial, kebudayaan, spiritual).
a.    Fisik.
Faktor fisik yang dipandang mempengaruhi perkembangan kepribadian adalah postur tubuh (langsing, gemuk, pendek atau tinggi), kecantikan (cantik atau tidak cantik), kesehatan (sehat atau sakit-sakitan), keutuhan tubuh (utuh atau cacat), dan keberfungsian organ tubuh.
b.   Intelegensi.
Tingkat intelegensi individu dapat mempengaruhi perkembangan kepribadiannya. Idividu yang intelegensinya tinggi atau normal biasa mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara wajar, sedangkan yang rendah biasanya sering mengalami hambatan atau kendala dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
c.    Keluarga.
Suasana atau iklim keluarga sangat penting bagi perkembangan kepribadian anak. Seorang anak yang dibesarkan di lingkungan keluarga yang harmonis dan agamis, dalam arti orang tua memberikan curahan kasih sayang, perhatian serta bimbingan dalam kehidupan berkeluarga, maka perkembangan kepribadian anak tersebut cenderung positif. Adapun anak yang dikembangkan dalam lingkungan keluarga yang broken home, kurang harmonis, orangtua bersikap keras terhadap anak atau tidak memperhatikan nilai-nilai agama dalam keluarga, maka perkembangan kepribadiannya cenderung akan mengalami distorsi atau mengalami kelainan dalam penyesuaian dirinya.


H. Perkembangan Bahasa Peserta Didik
Sesuai dengan fungsinya, bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh seseorang dalam pergaulan atau hubungannya dengan orang lain. Bahasa merupakan alat bergaul. Oleh karena itu, penggunaan bahasa menjadi efektif sejak seorang individu memerlukan berkomunikasi dengan orang lain.
Perkembangan bahasa terkait dengan perkembangan kognitif, yang berarti faktor intelek/ kognisi sangat berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan berbahasa. Perkembangan bahasa sangat dipengaruhi oleh lingkungan., karena bahasa pada dasarnya merupakan hasil belajar dari lingkungan. Jadi perkembangan bahasa adalah meningkatnya kemampuan penguasaan alat komunikasi, baik secara lisan, tertulis, maupun dengan tanda-tanda dan isyarat. Mampu dan menguasai alat komunikasi di sini diartikan sebagai upaya seseorang untuk dapat memahami dan dipahami orang lain.
Ø Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa
Berbahasa   terkait   erat   dengan   kondisi   pergaulan. Oleh   sebab   itu perkembangannya dipengaruhi oleh faktor :
a.    Umur anak
b.    Kondisi Lingkungan
c.    Kecerdasan
d.   Status sosial ekonomi keluarga 
e.    Kondisi fisik
Ø Pengaruh kemampuan berbahasa terhadap kemampuan berpikir
Kemampuan berbahasa dan kemampuan berpikir saling berpengaruh satu sama lain. Bahwa kemampuan berpikir berpengaruh terhadap kemampuan berbahasa dan sebaliknya kemampuan berbahasa berpengaruh terhadap kemampuan berpikir. Seseorang yang rendah kemampuan berpikirnya, akan mengalami kesulitan dalam menyusun kalimat yang baik, logis, dan sistematis. Hal ini pula yang mengakibatkan sulirnya berkomunikasi.
Ø Upaya pengembangan kemampuan berbahasa dan implikasinya dalam penyelenggaraan pendidikan.
Perkembangan bahasa yang menggunakan model pengekspresian secara mandiri, baik lisan maupun tertulis, dengan mendasarkan pada bahan bacaan, akan lebih mengembangkan kemampuan bahasa anak dan membentuk pola bahasa masing-masing. Dalam penggunaan model ini guru harus banyak memberikan rangsangan dan koreksi dalam bentuk diskusi atau komunikasi bebas. Dalam pola itu sarana perkembangan bahasa seperti buku-buku surat kabar, majalah dan lain-lain hendaknya disediakan di sekolah maupun di rumah.
I.    Perkembangan Emosi
Gejala-gejala emosional seperti: marah, takut, bangga dan rasa malu, cita dan benci, harapan dan rasa putus asa, perlu dicermati dan dipahami dengan baik.
1.          Pengertian emosi :
Perbuatan atau perilaku kita sehari-hari pada umumnya disertai oleh perasaan-perasaan tertentu seperti : Perasaan senang dan tidak senang. Perasaan senang dan tidak senang yang selalu menyertai perbuatan-perbuatan kita sehari-hari disebut "warna efektif ". Warna efektif itu kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah, atau kadang-kadang tidak jelas (samar-samar). Dalam hal warna efektif yang kuat, maka perasaan-perasaan menjadi lebih mendalam, lebih luas, dan lebih terarah sehingga perasaan seperti ini disebut "emosi".
Emosi dan perasaan adalah dua haï yang berbeda. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa  :  emosi adalah perasaan yang tidak dapat dikendalikan. Sedangkan perasaan adalah suasana psikis yang mengambil bagian pribadi dalam situasi, dengan jalan membuka diri terhadap suatu hal yang berbeda dengan keadaan atau nilai dalam dirinya. Bagaimana dri-dri khas emosi ? pada saat emosi terjadi, sering kali terjadi perubahan-perubahan pada fïsik, antara Iain berupa :
      Reaksi elektris pada kulit meningkat, sehingga kelihatan marah.
      Peredaran darah bertambah cepat bila marah.
      Denyut jantung bertambah cepat bila terkejut.
      Pernapasan bernapas panjang bila kecewa.
      Pupil mata membesar bila marah.
      Liur mengering kalau takut/tegang.
      Bulu roma berdiri kalau takut
      Pencernaan mencret-mencret kalau tegang.
      Otot terjadi tegang dan bergetar.
2.        Karakteristik perkembangan emosi :
Jenis emosi yang secara normal adalah : cinta, kasih. Sayang, gembira, amarah, takut dan cernas, cemburu, dan sedih.
-          Cinta, kasih dan sayang :
Cinta, adalah suatu perasaan suka sekali, perasaan terpikat antara laki-laki dan perempuan yang kadang-kadang didasari oleh nafsu. Kasih,  adalah suatu perasaan yang ada pada diri seseorang untuk menyayangi sesamanya seperti menyayangi diri sendiri. Sayang, adalah suatu perasaan penyelesaian yang disertai oleh rasa rindu sebagai aktualisasi rasa kasih.
-          Marah dan permusuhan :
Rasa marah merupakan realitas yang mempertajam tuntutan dan pemilikan minât, yang mengakibatkan peredaran darah bertambah cepat, otot menjadi tegang dan bergetar.
Ada 4 macam yang perlu diperhatikan dalam hal marah dan permusuhan seperti berikut ini :
·      Marah merupakan upaya individu untuk melindungi haknya agar bisa bebas dari ketergantungan nya dan menjamin hubungannya dengan pihak lain.
·      Perlu pula disadari sisa-sisa kemarahan itu dapat terjadi menjadi permusuhan dalam bentuk : dendam, kesedihan, prasangka atau kecenderungan untuk merasa tersiksa. Sikap-sikap permusuhan itu tumbuh karena saling curiga dan tidak bersahabat.
·      Kemarahan dan permusuhan, dapat timbul oleh rasa cemburu, baik cemburu karena cinta maupun kecemburuan sosial.
·      marah dapat terjadi karena diri sendiri tidak dapat merealisasi apa yang ingin dicapai.

J.    Perkembangan Nilai Moral dan Sikap
Ø Pengertian nilai, moral dan peserta didik :
Nilai-nilai kehidupan adalah norma-norma yang berlaku di masyarakat, misalnya adat kebiasaan, sopan santun dan sebagainya. Jadi, sopan santun, adat dan kebiasaan serta nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila adalah nilai-nilai yang hidup menjadi pegangan seseorang dalam kedudukannya sebagai warga negara Indonesia dalam hubungannya hidup dengan negara dan dengan sesama warga negara.
Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila seperti yang tercantum di dalam sila "kemanusiaan yang adil beradap" sebagai berikut :
-       Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama manusia.
-       Mengembangkan sikap tenggang rasa.
-       Tidak semena-mena terhadap orang lain, berani membela kebenaran dan keadilan, dan sebagainya.
Moral adalah ajaran tentang baik buruk, perbuatan dan kelakuan, akhlak, kewajiban dan sebagainya.
Nilai-nilai kehidupan sebagai norma dalam masyarakat senantiasa menyangkut persoalan antara baik dan buruk, jadi berkaitan dengan moral. Sikap adalah kesediaan bereaksi individu terhadap suatu hal. Dengan demikian, keterkaitan antara nilai, moral, sikap dan tingkah laku akan tampak dalam pengalaman nilai-nilai
Ø Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan nilai, moral dan sikap:
Perkembangan enternalisasi nilai-nilai terjadi melalui identifikasi dengan orang-orang yang dianggap nya sebagai model.
Perkembangan moral dipandang sebagai proses internasionalisasi norma-norma masyarakat dan di pandang sebagai kematangan dari sudut organik biologik. Menurut psikonalisis, moral dan nilai menyatu dalam konsep "super ego". Super ego dibentuk melalui jalan internalisasi larangan-Iarangan atau perintah-perintah yang datang dari Iuar (terutama dari orang tua).
Didalam usaha membentuk tingkah laku sebagai pencerminan nilai-nilai hidup tertentu ternyata bahwa faktor lingkungan memang peranan penting dalam pembentukan moral. Maka jelas sifat dan sifat lingkungan terhadap nilai hidup tertentu dan moral makin kuat pula pengaruhnya untuk membentuk (atau meniadakan) tingkah laku yang sesuai.
Ø Upaya pengembangan nilai, moral dan sikap, serta implikasi nya dalampenyelenggaraan pendidikan :
Adapun upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam mengembangkan nilai, moral dan sikap adalah :
§  Menciptakan komunikasi : didahului dengan pemberian informasi tentang nilai-nilai dan moral.
§  Menciptakan lingkungan yang serasi : seseorang yang mempelajari nilai hidup, moral tertentu, kemudian berhasil memiliki sikap dan tingkah Iaku sebagai pencerminan nilai hidup itu.

K.      Perkembangan Pribadi Peserta Didik
·      Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan pribadi :
-       Pengaruh status sosial ekonomi .
-       Pengaruh faktor keturunan.
-        Pengaruh faktor lingkungan.
-        Pengaruh faktor pembawaan dan lingkungan
·      Perbedaan individu dalam perkembangan pribadi :
Lingkungan kehidupan sosial budaya yang mempengaruhi perkembangan kepribadian manusia amatlah kompleks dan heterogen.
·      Pengaruh perkembangan kehidupan pribadi terhadap tingkah laku :
Kehidupan merupakan rangkaian yang berkesinambungan dalam prosespertumbuhan dan perkembangan.
·      Upaya pengembangan kehidupan pribadi :
Kehidupan kepribadian merupakan rangkaian proses pertumbuhan dan perkembangan,  perlu dipersiapkan dengan baik.

L.        Implikasinya Perkembangan Sosial, Kepribadian Terhadap Kegiatan Belajar  Mengajar
v Perhatian guru perlu di arahkan kepada kemampuan siswa didalam penyelenggaraan pendidikan sehingga terdapat pangkuan terhadap kemampuan, terhadap kepercayaan, kebebasan dan semacamnya.
v Guru perlu memberi pengarahan akademis yang sesuai dengan kemampuan, minât dan bakat siswa, maupun terhadap jenis pekerjaan sesuai dengan keterampilan peserta didik. Di samping itu, perlu pula diberi bimbingan praktis sesuai dengan lapangan kerja yang dibutuhkan di dalam masyarakat, serta bimbingan perkawinan.
v  Perlu juga diperhatikan penyusunan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan kerja di masyarakat atau yang menjamin pekerjaan setelah siswa tamat $ulus).
v Perlu pula diperhatikan pendidikan tentang nilai kehidupan untuk lebih mengenal norma kehidupan sosial masyarakat, melalui organisasi pemuda, pertemuan secara periodik dengan orang tua siswa, serta pemantapan pendidikan agama.
v  Perlu pula diperhatikan tentang muatan lokal yang harus ditampilkan (khususnya SD). Isi muatan lokal haruslah secara selektif, yang benar-benar dapat memberi bekal apabila siswa tidak melanjutkan lagi. Keterampilan yang diperoleh melalui muatan lokal dapat memberi jaminan kelangsungan hidup di masyarakat.
BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Berdasarkan uraian bab sebelumnya  dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut:
ü  Perkembangan sosial adalah berkembangnya tingkat hubungan antarmanusia sehubungan dengan meningkatnya keutuhan hidup manusia.
ü  Perhatian remaja mulai tertuju pada pergaulan di dalam masyarakat dan mereka membutuhkan pemahaman tentang norma kehidupan yang kompleks. Pergaulan remaja banyak diwujudkan dalam bentuk kehidupan kelompok terutama kelompok sebaya.
ü  Perkembangan anak remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : kondisi keluarga, kematangan anak, status social ekonomi keluarga, pendidikan, dan kapasitas mental terutama intelek dan emosi.
ü  Hubungan sosial remaja terutama yang berkaitan dengan proses penyesuaian diri berpengaruh terhadap tingkah laku, seperti remaja keras, remaja yang mengisolasi diri, remaja yang bersifat egois dan sebagainya.
ü  Pertumbuhan dan perkembangan manusia dimulai sejak terjadinya konsepsi yaitu pertemuan antara ovum dan sperma, pertumbuhan dan perkembangan berlangsung terus dalam kandungan kemudian lahir sampai usia tua dan akhirnya berhenti pada kematian.
ü  Dari lahir sampai tua perkembangan dibagi dalam empat periode yaitu periode anak, periode remaja, periode dewasa dan periode tua dimana masing-masing periode tidak berdiri sendiri secara terpisah melainkan saling berkaitan. Periode yang mendahului merupakan dasar bagi periode berikutnya dan masing-masing periode memiliki karakteristik sendiri-sendiri.






B.  Saran
Sejalan dengan kesimpulan di atas, penyusun dapat menyarankan sebagai berikut:
ü  Setiap calon pendidik dapat memahami konsep perkembangan sosial peserta didiknya.
ü  Sebagai calon pendidik agar dapat menciptakan komunikasi yang baik dan menarik serta dapat memotivasi peserta didiknya.
ü  Sebagai calon pendidik agar dapat mengatasi emosional dan keegoisan peserta didiknya


DAFTAR PUSTAKA

Kurnia, inggrid dkk. 2007. Perkembangan Belajar Peserta Didik. Tidak diterbitkan.
Sunarto & Hartono. 1995. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:  Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
______.2010. Perkembangan Hubungan Sosial Remaja. (Online). (http://prince-mienu.blogspot.com/2010/01/makalah-tentang-perkembangan-hubungan.html).Diakses tanggal17 Nopember 2011.
_______.2007.PerkembanganSosial Anak.(Online).(http://h4md4ni.wordpress.com/perkembang-anak/). Diakses tanggal 17 Nopember 2011.
_______. 2011. Perkembangan Hubungan Sosial. (Online). (http://www.g-excess.com/id/makalah-dan-pengertian-hubungan-sosial.html). Diakses tanggal 17 Nopember 2011.
Siringoringo Manatap.2011. Perkembangan Peserta Didik. Palangka Raya: Kementrian Pendidikan Nasional Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Palangka Raya.




Perkembangan Peserta Didik


KATA PENGANTAR

              Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik dengan judul: “Perkembangan Sosial Pribadi Remaja dan Implikasinya Terhadap Proses Belajar”.
              Makalah ini ditujukan untuk kriteria penilaian terhadap mata kuliah Perkembangan Peserta Didik Oleh Bapak: Drs. Manatap Siringoringo. SPd, MPd .
              Makalah ini kami buat agar mempermudah pembaca untuk memahami dan memberikan pedoman terhadap isi materi makalah ini. Dan kami pun berharap agar susunan makalah ini dapat memberikan pelajaran yang bermanfaat dalam proses belajar-mengajar.
              Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan demi perbaikan makalah itu
.






                                                                                    Palangka Raya,    Nopember 2011


                                                                                                            Penyusun





DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………… i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………... ii
BAB I  PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang Masalah………………………………………………………...
B.       Rumusan Masalah……………………………………………………………….
C.       Tujuan Masalah………………………………………………………………….
BAB II  PEMBAHASAN
A.       Pengertian Perkembangan Sosial………………………………………………
B.       Karakteristik Perkembangan Sosial Anak, Remaja dan Dewasa………….
C.       Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial………………..
D.      Pengaruh Perkembangan Sosial terhadap Tingkah Laku……………….
E.       Implikasi Perkembangan Sosial terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
F.        Pengertian Perkembangan Kepribadian……………………………………
G.      Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian………………………..
H.      Perkembangan Bahasa Peserta Didik……………………………………
I.         Perkembangan Emosi………………………………………………………
J.         Perkembangan Nilai Moral dan Sikap………………………………………
K.      Perkembangan Pribadi Peserta Didik………………………………………
L.        Implikasinya Perkembangan Sosial, Kepribadian Terhadap Kegiatan Belajar  Mengajar……………………………………………………………
BAB III  PENUTUP
A.       Kesimpulan……………………………………………………………………
B.       Saran……………………………………………………………………………





BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah
            Peserta didik adalah makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, ia membutuhkan orang lain untuk dapat tumbuh kembang menjadi manusia yang utuh. Dalam perkembangannya, pendapat dan sikap peserta didik dapat berubah karena interaksi dan saling berpengaruh antar sesama peserta didik maupun dengan proses sosialisasi. Dengan mempelajari perkembangan hubungan sosial diharapkan dapat memahami pengertian dan proses sosialisasi peserta didik.
Pada awal manusia dilahirkan belum bersifat sosial, dalam artian belum memiliki kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan sosial anak diperoleh dari berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orang-orang dilingkungannya.
Kebutuhan berinteraksi dengan orang lain telah dirasakan sejak usia enam bulan, disaat itu mereka telah mampu mengenal manusia lain, terutama ibu dan anggota keluarganya. Anak mulai mampu membedakan arti senyum dan perilaku sosial lain, seperti marah (tidak senang mendengar suara keras) dan kasih sayang.
Perkembangan sosial pada masa remaja berkembang kemampuan untuk memahami orang lain sebagai individu yang unik. Baik menyangkut sifat-sifat pribadi, minat, nilai-nilai atau perasaan sehingga mendorong remaja untuk bersosialisasi lebih akrab dengan lingkungan sebaya atau lingkungan masyarakat baik melalui persahabatan atau percintaan. Pada masa ini berkembangan sikap cenderung menyerah atau mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran, keinginan orang lain. Ada lingkungan sosial remaja (teman sebaya) yang menampilkan sikap dan perilaku yang dapat dipertanggung jawabkan misalnya: taat beribadah, berbudi pekerti luhur, dan lain-lain. Tapi ada juga beberapa remaja yang terpengaruh perilaku tidak bertanggung jawab teman sebayanya, seperti : mencuri, free sex, narkotik, miras, dan lain-lain. Remaja diharapkan memiliki penyesuaian sosial yang tepat dalam arti kemampuan untuk mereaksi secara tepat terhadap realitas sosial, situasi dan relasi baik di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
Masa dewasa, yang merupakan masa tenang setelah mengalami berbagai aspek gejolak perkembangan pada masa remaja. Meskipun segi-segi yang dipelajari sama tetapi isi bahasannya berbeda, karena masa dewasa merupakan masa pematangan kemampuan dan karakteristik yang telah dicapai pada masa remaja. Oleh karena itu, perkembangan sosial orang dewasa tidak akan jauh berbeda kaitannya dengan perkembangan sosial remaja.
Dari hal-hal yang diuraikan di atas maka penyusun membuat makalah dengan judul”Perkembangan Sosial Pribadi Remaja dan Implikasinya Terhadap Proses Belajar”.  
B.  Rumusan Masalah 
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penyusun merumuskan rumusan masalah sebagai berikut:
1.     Apa yang dimaksud dengan perkembangan sosial?
2.     Apa saja karakteristik perkembangan sosial anak, remaja, dan dewasa?
3.    Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial?
4.   Bagaimana pengaruh perkembangan sosial terhadap tingkah laku?
5.    Mengapa dan bagaimana perkembangan sosial seseorang dijadikan implikasi terhadap penyelenggaraan pendidikan?
6.    Apa yang dimaksud dengan perkembangan kepribadian?
7.     Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian? 
8.   Apa saja karakteristik perkembangan kepribadian anak, remaja, dan dewasa?
C.  Tujuan Makalah
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan:
1.        Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan perkembangan sosial.
2.      Untuk mengetahui karakteristik perkembangan sosial anak sampai dewasa.
3.       Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial.
4.      Untuk mengetahui pengaruh perkembangan sosial terhadap tingkah laku seseorang.
5.      Untuk mengetahui alasan dan implikasi perkembangan sosial terhadap penyelenggaraan pendidikan.
6.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan perkembangan kepribadian.
7.      Untuk mengetahui karakteristik kepribadian yang sehat dan tidak sehat.
8.      Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian.
9.      Untuk mengetahui karakteristik kepribadian anak sampai dewasa.



BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Perkembangan Sosial
            Hubungan sosial merupakan hubungan antarmanusia yang saling membutuhkan. Hubungan sosial dimulai dari tingkat yang sederhana yang didasari oleh kebutuhan yang sederhana. Semakin dewasa, kebutuhan manusia menjadi kompleks dan dengan demikian, tingkat hubungan sosial juga berkembang menjadi amat kompleks. Pada jenjang perkembangan remaja, seorang remaja bukan saja memerlukan orang lain demi memenuhi kebutuhan pribadinya, tetapi mengandung maksud untuk disimpulkan bahwa pengertian perkembangan sosial adalah berkembangnya tingkat hubungan antar manusia sehubungan dengan meningkatnya kebutuhan hidup manusia.
Syamsu Yusuf (2007)  menyatakan bahwa Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Perkembangan sosial dapat pula diartikan sebagao proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerja sama.
            Pada awal manusia dilahirkan belum bersifat sosial, dalam artian belum memiliki kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan sosial anak diperoleh dari berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orang-orang dilingkungannya.
Kebutuhan berinteraksi dengan orang lain telah dirsakan sejak usia enam bulan, disaat itu mereka telah mampu mengenal manusia lain, terutama ibu dan anggota keluarganya. Anak mulai mampu membedakan arti senyum dan perilaku sosial lain, seperti marah (tidak senang mendengar suara keras) dan kasih sayang. Sunarto dan Hartono (1999) menyatakan bahwa:
Hubungan sosial (sosialisasi) merupakan hubungan antar manusia yang saling membutuhkan. Hubungan sosial mulai dari tingkat sederhana dan terbatas, yang didasari oleh kebutuhan yang sederhana. Semakin dewasa dan bertambah umur, kebutuhan manusia menjadi kompleks dan dengan demikian tingkat hubungan sosial juga berkembang amat kompleks.
                       

B.  Karakteristik Perkembangan Sosial Anak, Remaja dan Dewasa
Pada usia ini anak mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri sendiri (egosentris) kepada sikap yang kooperatif (bekerja sama) atau sosiosentris (mau memperhatikan kepentingan orang lain).
Berkat perkembangan sosial anak dapat menyesuaikan dirinya dengan kelompok teman sebayanya maupun dengan lingkungan masyarakat sekitarnya. Dalam proses belajar di sekolah, kematangan perkembangan sosila ini dapat dimanfaatkan atau dimaknai dengan memberikan tugas-tugas kelompok, baik yang membutuhkan tenaga fisik maupun tugas yang membutuhkan pikiran. Hal ini dilakukan agar peserta didik belajar tentang sikap dan kebiasaan dalam bekerja sama, saling menghormati dan betanggung jawab.
Pada masa remaja berkembang ”social cognition”, yaitu kemampuan untuk memahami orang lain. Ramaja memahami orang lain sebagi individu yang unik, baik menyangkut sifat pribadi, minat,nilai-nilai, maupun perasaannya.
Pada masa ini juga berkembang sikap ”conformity”, yaitu kcenderungan untuk menyerah atau megikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran atau keinginan orang lain (teman sebaya).
Apabila kelompok teman sebaya yang diikuti menampilkan sikap dan perilaku yang secara moral dan agama dapat dipertanggungjawabkan maka kemungkinan besar remaja tersebut akan menampilkan pribadinya yang baik. Sebaliknya, apabila kelompoknya itu menampilkan sikap dan perilaku yang melecehkan nilai-nilai moral maka sangat dimungkinkan remaja akan melakukan perilaku seperti kelompoknya tersebut.
Selama masa dewasa, dunia sosial dan personal dari individu menjadi lebih luas dan kompleks dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Pada masa dewasa ini, individu memasuki peran kehidupan yang lebih luas. Pola dan tingkah laku sosial orang dewasa berbeda dalam beberapa hal dari orang yang lebih muda. Perbedaan tersebut tidak disebabkan oleh perubahan fisik dan kognitif yang berkaitan dengan penuaan, tetapi lebih disebabkan oleh peristiwa-peristiwa kehidupan yang dihubungkan dengan keluarga dan pekerjaan. Selam periode ini orang melibatkan diri secara khusus dala karir, pernikahan dan hidup berkeluarga. Menurut Erikson, perkembangan psikososial selama masa dewasa dan tua ini ditandai dengan tiga gejala penting, yaitu keintiman, generatif dan integritas.

C.  Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: keluarga, kematangan anak, status ekonomi keluarga, tingkat pendidikan, dan kemampuan mental terutama emosi dan inteligensi.
1)       Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak. Di dalam keluarga berlaku norma-norma kehidupan keluarga, dan dengan demikian pada dasarnya keluarga merekayasa perilaku kehidupan anak. Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak ditentukan oleh keluarga. Pola pergaulan dan bagaimana norma dalam menempatkan diri terhadap lingkungan yang lebih luas ditetapkan dan diarahkan oleh keluarga.

2)     Kematangan Anak
Bersosialisasi memerlukan kematangan fisik dan psikis. Untuk mampu mempertimbangan dalam proses sosial, memberi dan menerima pendapat orang lain, memerlukan kematangan intelektual dan emosional. Di samping itu, kemampuan berbahasa ikut pula  menentukan. Dengan demikian, untuk mampu bersosialisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik sehingga setiap orang fisiknya telah mampu menjalankan fungsinya dengan baik.

3)      Status Sosial Ekonomi
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status kehidupan sosial keluarga dalam lingkungan masyarakat. Masyarakat akan memandang anak, bukan sebagai anak yang independen, akan tetapi akan dipandang dalam konteksnya yang utuh dalam keluarga anak itu. “ia anak siapa”. Secara tidak langsung dalam pergaulan sosial anak, masyarakat dan kelompoknya dan memperhitungkan norma yang berlaku di dalam keluarganya.
Dari pihak anak itu sendiri, perilakunya akan banyak memperhatikan kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh keluarganya. Sehubungan dengan itu, dalam kehidupan sosial anak akan senantiasa “menjaga” status sosial dan ekonomi keluarganya. Dalam hal tertentu, maksud “menjaga status sosial keluarganya” itu mengakibatkan menempatkan dirinya dalam pergaulan sosial yang tidak tepat. Hal ini dapat berakibat lebih jauh, yaitu anak menjadi “terisolasi” dari kelompoknya. Akibat lain mereka akan membentuk kelompok elit dengan normanya sendiri.
4)     Pendidikan
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif, akan memberikan warna kehidupan sosial anak di dalam masyarakat dan kehidupan mereka di masa yang akan datang. Pendidikan dalam arti luas harus diartikan bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh kehidupan keluarga, masyarakat, dan kelembagaan. Penanaman norma perilaku yang benar secara sengaja diberikan kepada peserta didik yang belajar di kelembagaan   pendidikan(sekolah). Kepada peserta didik bukan saja dikenalkan kepada norma-norma lingkungan dekat, tetapi dikenalkan kepada norma kehidupan bangsa(nasional) dan norma kehidupan antarbangsa. Etik pergaulan membentuk perilaku kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

5)     Kapasitas Mental, Emosi, dan Intelegensi
Kemampuan berpikir banyak mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa. Anak yang berkemampuan intelektual tinggi akan berkemampuan berbahasa secara baik. Oleh karena itu kemampuan intelektual tinggi, kemampuan berbahasa baik, dan pengendalian emosional secara seimbang sangat menentukan keberhasilan dalam perkembangan    sosial    anak. Sikap saling pengertian dan kemampuan memahami orang lain merupakan modal utama dalam kehidupan sosial dan hal ini akan dengan mudah dicapai oleh remaja yang berkemampuan intelektual tinggi.

D. Pengaruh Perkembangan Sosial terhadap Tingkah Laku
Dalam perkembangan sosial anak, mereka dapat memikirkan dirinya dan orang lain. Pemikiran itu terwujud dalam refleksi diri, yang sering mengarah kepenilaian diri dan kritik dari hasil pergaulannya dengan orang lain. Hasil pemikiran dirinya tidak akan diketahui oleh orang lain, bahkan sering ada yang menyembunyikannya atau  merahasiakannya.
Pikiran anak sering dipengaruhi oleh ide-ide dari teori-teori yang menyebabkan sikap kritis terhadap situasi dan orang lain, termasuk kepada orang tuanya. Kemampuan abstraksi anak sering menimbulkan kemampuan mempersalahkan kenyataan dan peristiwa-peristiwa dengan keadaan bagaimana yang semestinya menurut alam  pikirannya.

Disamping itu pengaruh egoisentris sering terlihat, diantaranya berupa :
a.    Cita-cita dan idealisme yang baik, terlalu menitik beratkan pikiran sendiri, tanpa memikirkan akibat labih jauh dan tanpa memperhitungkan kesulitan praktis yang mungkin menyebabkan tidak berhasilnya menyelesaikan persoalan.
b.   Kemampuan berfikir dengan pendapat sendiri, belum disertai pendapat orang lain dalam penilaiannya.Melalui banyak pengalaman dan penghayatan  kenyataan serta dalam menghadapi pendapat orang lain, maka sikap ego semakin berkurang dan diakhir masa remaja sudah sangat kecil rasa egonya sehingga mereka dapat bergaul dengan baik.

E.  Implikasi Perkembangan Sosial terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
            Remaja yang dalam masa mencari dan ingin menentukan jati dirinya memiliki sikap yang terlalu tinggi menilai dirinya atau sebaliknya. Mereka belummemahami benar tentang norma-norma sosial yang berlaku di dalam kehidupan bermasyarakat. Keduanya dapat menimbulkan hubungan sosial yang kurang serasi, karena mereka sukar untuk menerima norma sesuai dengan kondisi dalam kelompok atau masyarakat. Sikap menentang dan sikap canggung dalam pergaulan akan merugikan kedua belah pihak. Oleh karena itu, diperlukan adanya upaya pengembangan hubungan social remaja yang diawali dari lingkungan keluarga, sekolah serta lingkungan masyarakat.
a)   Lingkungan Keluarga
Orang tua hendaknya mengakui kedewasaan remaja dengan jalan memberikan kebebasan terbimbing untuk mengambil keputusan dan tanggung jawab sendiri. Iklim kehidupan keluarga yang memberikan kesempatan secara maksimal terhadp pertumbuhan dan perkembangan anak akan dapat membantu anak memiliki kebebasan psikologis untuk mengungkapkan perasaannya.  Dengan cara demikian, remaja akan merasa bahwa dirinya dihargai, diterima, dicintai, dan  dihormati sebagai manusia oleh orang tua dan anggota keluarga lainnya.Dalam konteks bimbingan orang tua terhadap remaja, Hoffman (1989) mengemukakan tiga jenis pola asuh orang tua yaitu :
Ø Pola asuh bina kasih (induction)
Yaitu pola asuh yang diterapkan orang tua dalam mendidik anaknya dengan senantiasa memberikan penjelasan yang masuk akal terhadap setiap keputusan dan perlakuan yang diambil oleh anaknya.

Ø Pola asuh unjuk kuasa (power assertion)
Yaitu pola asuh yang diterapkan orang tua dalam mendidik anaknya dengan senantiasa memaksakan kehendaknya untuk dipatuhi oleh anak meskipun anak tidak  dapat menerimanya.
Ø Pola asuh lepas kasih (love withdrawal)
Yaitu pola asuh yang diterapkan orang tua dalam mendidik anaknya dengan cara menarik sementara cinta kasihnya ketika anak tidak menjalankan apa yang dikehendaki orang tuanya, tetapi jika anak sudah mau melaksanakan apa yang dihendaki orang tuanya maka cinta kasihnya itu dikembalikan seperti sediakala. Dalam konteks pengembangan kepribadian remaja, termasuk didalamnya pengembangan hubungan sosial, pola asuh yang disarankan oleh Hoffman (1989) untuk diterpakan adalah pola asuh bina kasih (induction). Artinya, setiap keputusan yang diambil oleh orang tua tentang anak remajanya atau setiap perlakuan yang diberikan orang tua terhadap anak remajanya harus senantiasa disertai dengan penjelasan atau alasan yang rasional. Dengan cara demikian, remaja akan dapat mengembangkan pemikirannya untuk kemudian mengambil keputusan mengikuti atau tidak terhadap keputusan atau perlakuan orang tuanya
b)  Lingkungan Sekolah
Di dalam mengembankan hubungan sosial remaja, guru juga harus mampu mengembangkan proses pendidikan yang bersifat demokratis, guru harus berupaya agar pelajaran yang diberikan selalu cukup menarik minat anak, sebab tidak jarang anak menganggap pelajaran yang diberikan oleh guru kepadanya tidak bermanfaat. Tugas guru tidak hanya semata-mata mengajar tetapi juga mendidik. Artinya, selain menyampaikan pelajaran sebagai upaya mentransfer pengetahuan kepada peserta didik, juga harus membina para peserta didik menjadi manusia dewasa yang bertanggung jawab. Dengan demikian, perkembangan hubungan sosial remaja akan dapat berkembang secara maksimal.
c)   Lingkungan Masyarakat
·         Penciptaan kelompok sosial remaja perlu dikembangkan untuk memberikan rangsang kepada mereka kearah perilaku yang bermanfaat.
·         Perlu sering diadakan kegiatan kerja bakti , bakti karya untuk dapat mempelajari remaja bersosialisasi sesamanya dan masyarakat.


F.   Pengertian Perkembangan Kepribadian
            Secara etimologis, kepribadian merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris “personality”. Sedangkan istilah personality secara etimologis berasal dari Bahasa Latin “person” (kedok) dan “personare” (menembus). Persona biasanya dipakai oleh para pemain sandiwara pada zaman kuno untuk memerankan satu bentuk tingkah laku dan karakter pribadi tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan personare adalah bahwa para pemain sandiwara itu dengan melalui kedoknya berusaha menembus keluar untuk mengekspresikan satu bentuk gambaran manusia tertentu. Misalnya, seorang pemurung, pendiam, periang, peramah, pemarah, dan sebagainya. Jadi, persona itu bukan pribadi pemain itu sendiri, tetapi gambaran pribadi dari tipe manusia tertentu dengan melalui kedok yang dipakainya.
G. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian
            Kepribadian dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik hereditas (pembawaan) maupun lingkungan (seperti fisik, sosial, kebudayaan, spiritual).
a.    Fisik.
Faktor fisik yang dipandang mempengaruhi perkembangan kepribadian adalah postur tubuh (langsing, gemuk, pendek atau tinggi), kecantikan (cantik atau tidak cantik), kesehatan (sehat atau sakit-sakitan), keutuhan tubuh (utuh atau cacat), dan keberfungsian organ tubuh.
b.   Intelegensi.
Tingkat intelegensi individu dapat mempengaruhi perkembangan kepribadiannya. Idividu yang intelegensinya tinggi atau normal biasa mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara wajar, sedangkan yang rendah biasanya sering mengalami hambatan atau kendala dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
c.    Keluarga.
Suasana atau iklim keluarga sangat penting bagi perkembangan kepribadian anak. Seorang anak yang dibesarkan di lingkungan keluarga yang harmonis dan agamis, dalam arti orang tua memberikan curahan kasih sayang, perhatian serta bimbingan dalam kehidupan berkeluarga, maka perkembangan kepribadian anak tersebut cenderung positif. Adapun anak yang dikembangkan dalam lingkungan keluarga yang broken home, kurang harmonis, orangtua bersikap keras terhadap anak atau tidak memperhatikan nilai-nilai agama dalam keluarga, maka perkembangan kepribadiannya cenderung akan mengalami distorsi atau mengalami kelainan dalam penyesuaian dirinya.


H. Perkembangan Bahasa Peserta Didik
Sesuai dengan fungsinya, bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh seseorang dalam pergaulan atau hubungannya dengan orang lain. Bahasa merupakan alat bergaul. Oleh karena itu, penggunaan bahasa menjadi efektif sejak seorang individu memerlukan berkomunikasi dengan orang lain.
Perkembangan bahasa terkait dengan perkembangan kognitif, yang berarti faktor intelek/ kognisi sangat berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan berbahasa. Perkembangan bahasa sangat dipengaruhi oleh lingkungan., karena bahasa pada dasarnya merupakan hasil belajar dari lingkungan. Jadi perkembangan bahasa adalah meningkatnya kemampuan penguasaan alat komunikasi, baik secara lisan, tertulis, maupun dengan tanda-tanda dan isyarat. Mampu dan menguasai alat komunikasi di sini diartikan sebagai upaya seseorang untuk dapat memahami dan dipahami orang lain.
Ø Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa
Berbahasa   terkait   erat   dengan   kondisi   pergaulan. Oleh   sebab   itu perkembangannya dipengaruhi oleh faktor :
a.    Umur anak
b.    Kondisi Lingkungan
c.    Kecerdasan
d.   Status sosial ekonomi keluarga 
e.    Kondisi fisik
Ø Pengaruh kemampuan berbahasa terhadap kemampuan berpikir
Kemampuan berbahasa dan kemampuan berpikir saling berpengaruh satu sama lain. Bahwa kemampuan berpikir berpengaruh terhadap kemampuan berbahasa dan sebaliknya kemampuan berbahasa berpengaruh terhadap kemampuan berpikir. Seseorang yang rendah kemampuan berpikirnya, akan mengalami kesulitan dalam menyusun kalimat yang baik, logis, dan sistematis. Hal ini pula yang mengakibatkan sulirnya berkomunikasi.
Ø Upaya pengembangan kemampuan berbahasa dan implikasinya dalam penyelenggaraan pendidikan.
Perkembangan bahasa yang menggunakan model pengekspresian secara mandiri, baik lisan maupun tertulis, dengan mendasarkan pada bahan bacaan, akan lebih mengembangkan kemampuan bahasa anak dan membentuk pola bahasa masing-masing. Dalam penggunaan model ini guru harus banyak memberikan rangsangan dan koreksi dalam bentuk diskusi atau komunikasi bebas. Dalam pola itu sarana perkembangan bahasa seperti buku-buku surat kabar, majalah dan lain-lain hendaknya disediakan di sekolah maupun di rumah.
I.    Perkembangan Emosi
Gejala-gejala emosional seperti: marah, takut, bangga dan rasa malu, cita dan benci, harapan dan rasa putus asa, perlu dicermati dan dipahami dengan baik.
1.          Pengertian emosi :
Perbuatan atau perilaku kita sehari-hari pada umumnya disertai oleh perasaan-perasaan tertentu seperti : Perasaan senang dan tidak senang. Perasaan senang dan tidak senang yang selalu menyertai perbuatan-perbuatan kita sehari-hari disebut "warna efektif ". Warna efektif itu kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah, atau kadang-kadang tidak jelas (samar-samar). Dalam hal warna efektif yang kuat, maka perasaan-perasaan menjadi lebih mendalam, lebih luas, dan lebih terarah sehingga perasaan seperti ini disebut "emosi".
Emosi dan perasaan adalah dua haï yang berbeda. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa  :  emosi adalah perasaan yang tidak dapat dikendalikan. Sedangkan perasaan adalah suasana psikis yang mengambil bagian pribadi dalam situasi, dengan jalan membuka diri terhadap suatu hal yang berbeda dengan keadaan atau nilai dalam dirinya. Bagaimana dri-dri khas emosi ? pada saat emosi terjadi, sering kali terjadi perubahan-perubahan pada fïsik, antara Iain berupa :
      Reaksi elektris pada kulit meningkat, sehingga kelihatan marah.
      Peredaran darah bertambah cepat bila marah.
      Denyut jantung bertambah cepat bila terkejut.
      Pernapasan bernapas panjang bila kecewa.
      Pupil mata membesar bila marah.
      Liur mengering kalau takut/tegang.
      Bulu roma berdiri kalau takut
      Pencernaan mencret-mencret kalau tegang.
      Otot terjadi tegang dan bergetar.
2.        Karakteristik perkembangan emosi :
Jenis emosi yang secara normal adalah : cinta, kasih. Sayang, gembira, amarah, takut dan cernas, cemburu, dan sedih.
-          Cinta, kasih dan sayang :
Cinta, adalah suatu perasaan suka sekali, perasaan terpikat antara laki-laki dan perempuan yang kadang-kadang didasari oleh nafsu. Kasih,  adalah suatu perasaan yang ada pada diri seseorang untuk menyayangi sesamanya seperti menyayangi diri sendiri. Sayang, adalah suatu perasaan penyelesaian yang disertai oleh rasa rindu sebagai aktualisasi rasa kasih.
-          Marah dan permusuhan :
Rasa marah merupakan realitas yang mempertajam tuntutan dan pemilikan minât, yang mengakibatkan peredaran darah bertambah cepat, otot menjadi tegang dan bergetar.
Ada 4 macam yang perlu diperhatikan dalam hal marah dan permusuhan seperti berikut ini :
·      Marah merupakan upaya individu untuk melindungi haknya agar bisa bebas dari ketergantungan nya dan menjamin hubungannya dengan pihak lain.
·      Perlu pula disadari sisa-sisa kemarahan itu dapat terjadi menjadi permusuhan dalam bentuk : dendam, kesedihan, prasangka atau kecenderungan untuk merasa tersiksa. Sikap-sikap permusuhan itu tumbuh karena saling curiga dan tidak bersahabat.
·      Kemarahan dan permusuhan, dapat timbul oleh rasa cemburu, baik cemburu karena cinta maupun kecemburuan sosial.
·      marah dapat terjadi karena diri sendiri tidak dapat merealisasi apa yang ingin dicapai.

J.    Perkembangan Nilai Moral dan Sikap
Ø Pengertian nilai, moral dan peserta didik :
Nilai-nilai kehidupan adalah norma-norma yang berlaku di masyarakat, misalnya adat kebiasaan, sopan santun dan sebagainya. Jadi, sopan santun, adat dan kebiasaan serta nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila adalah nilai-nilai yang hidup menjadi pegangan seseorang dalam kedudukannya sebagai warga negara Indonesia dalam hubungannya hidup dengan negara dan dengan sesama warga negara.
Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila seperti yang tercantum di dalam sila "kemanusiaan yang adil beradap" sebagai berikut :
-       Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama manusia.
-       Mengembangkan sikap tenggang rasa.
-       Tidak semena-mena terhadap orang lain, berani membela kebenaran dan keadilan, dan sebagainya.
Moral adalah ajaran tentang baik buruk, perbuatan dan kelakuan, akhlak, kewajiban dan sebagainya.
Nilai-nilai kehidupan sebagai norma dalam masyarakat senantiasa menyangkut persoalan antara baik dan buruk, jadi berkaitan dengan moral. Sikap adalah kesediaan bereaksi individu terhadap suatu hal. Dengan demikian, keterkaitan antara nilai, moral, sikap dan tingkah laku akan tampak dalam pengalaman nilai-nilai
Ø Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan nilai, moral dan sikap:
Perkembangan enternalisasi nilai-nilai terjadi melalui identifikasi dengan orang-orang yang dianggap nya sebagai model.
Perkembangan moral dipandang sebagai proses internasionalisasi norma-norma masyarakat dan di pandang sebagai kematangan dari sudut organik biologik. Menurut psikonalisis, moral dan nilai menyatu dalam konsep "super ego". Super ego dibentuk melalui jalan internalisasi larangan-Iarangan atau perintah-perintah yang datang dari Iuar (terutama dari orang tua).
Didalam usaha membentuk tingkah laku sebagai pencerminan nilai-nilai hidup tertentu ternyata bahwa faktor lingkungan memang peranan penting dalam pembentukan moral. Maka jelas sifat dan sifat lingkungan terhadap nilai hidup tertentu dan moral makin kuat pula pengaruhnya untuk membentuk (atau meniadakan) tingkah laku yang sesuai.
Ø Upaya pengembangan nilai, moral dan sikap, serta implikasi nya dalampenyelenggaraan pendidikan :
Adapun upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam mengembangkan nilai, moral dan sikap adalah :
§  Menciptakan komunikasi : didahului dengan pemberian informasi tentang nilai-nilai dan moral.
§  Menciptakan lingkungan yang serasi : seseorang yang mempelajari nilai hidup, moral tertentu, kemudian berhasil memiliki sikap dan tingkah Iaku sebagai pencerminan nilai hidup itu.

K.      Perkembangan Pribadi Peserta Didik
·      Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan pribadi :
-       Pengaruh status sosial ekonomi .
-       Pengaruh faktor keturunan.
-        Pengaruh faktor lingkungan.
-        Pengaruh faktor pembawaan dan lingkungan
·      Perbedaan individu dalam perkembangan pribadi :
Lingkungan kehidupan sosial budaya yang mempengaruhi perkembangan kepribadian manusia amatlah kompleks dan heterogen.
·      Pengaruh perkembangan kehidupan pribadi terhadap tingkah laku :
Kehidupan merupakan rangkaian yang berkesinambungan dalam prosespertumbuhan dan perkembangan.
·      Upaya pengembangan kehidupan pribadi :
Kehidupan kepribadian merupakan rangkaian proses pertumbuhan dan perkembangan,  perlu dipersiapkan dengan baik.

L.        Implikasinya Perkembangan Sosial, Kepribadian Terhadap Kegiatan Belajar  Mengajar
v Perhatian guru perlu di arahkan kepada kemampuan siswa didalam penyelenggaraan pendidikan sehingga terdapat pangkuan terhadap kemampuan, terhadap kepercayaan, kebebasan dan semacamnya.
v Guru perlu memberi pengarahan akademis yang sesuai dengan kemampuan, minât dan bakat siswa, maupun terhadap jenis pekerjaan sesuai dengan keterampilan peserta didik. Di samping itu, perlu pula diberi bimbingan praktis sesuai dengan lapangan kerja yang dibutuhkan di dalam masyarakat, serta bimbingan perkawinan.
v  Perlu juga diperhatikan penyusunan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan kerja di masyarakat atau yang menjamin pekerjaan setelah siswa tamat $ulus).
v Perlu pula diperhatikan pendidikan tentang nilai kehidupan untuk lebih mengenal norma kehidupan sosial masyarakat, melalui organisasi pemuda, pertemuan secara periodik dengan orang tua siswa, serta pemantapan pendidikan agama.
v  Perlu pula diperhatikan tentang muatan lokal yang harus ditampilkan (khususnya SD). Isi muatan lokal haruslah secara selektif, yang benar-benar dapat memberi bekal apabila siswa tidak melanjutkan lagi. Keterampilan yang diperoleh melalui muatan lokal dapat memberi jaminan kelangsungan hidup di masyarakat.
BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Berdasarkan uraian bab sebelumnya  dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut:
ü  Perkembangan sosial adalah berkembangnya tingkat hubungan antarmanusia sehubungan dengan meningkatnya keutuhan hidup manusia.
ü  Perhatian remaja mulai tertuju pada pergaulan di dalam masyarakat dan mereka membutuhkan pemahaman tentang norma kehidupan yang kompleks. Pergaulan remaja banyak diwujudkan dalam bentuk kehidupan kelompok terutama kelompok sebaya.
ü  Perkembangan anak remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : kondisi keluarga, kematangan anak, status social ekonomi keluarga, pendidikan, dan kapasitas mental terutama intelek dan emosi.
ü  Hubungan sosial remaja terutama yang berkaitan dengan proses penyesuaian diri berpengaruh terhadap tingkah laku, seperti remaja keras, remaja yang mengisolasi diri, remaja yang bersifat egois dan sebagainya.
ü  Pertumbuhan dan perkembangan manusia dimulai sejak terjadinya konsepsi yaitu pertemuan antara ovum dan sperma, pertumbuhan dan perkembangan berlangsung terus dalam kandungan kemudian lahir sampai usia tua dan akhirnya berhenti pada kematian.
ü  Dari lahir sampai tua perkembangan dibagi dalam empat periode yaitu periode anak, periode remaja, periode dewasa dan periode tua dimana masing-masing periode tidak berdiri sendiri secara terpisah melainkan saling berkaitan. Periode yang mendahului merupakan dasar bagi periode berikutnya dan masing-masing periode memiliki karakteristik sendiri-sendiri.






B.  Saran
Sejalan dengan kesimpulan di atas, penyusun dapat menyarankan sebagai berikut:
ü  Setiap calon pendidik dapat memahami konsep perkembangan sosial peserta didiknya.
ü  Sebagai calon pendidik agar dapat menciptakan komunikasi yang baik dan menarik serta dapat memotivasi peserta didiknya.
ü  Sebagai calon pendidik agar dapat mengatasi emosional dan keegoisan peserta didiknya


DAFTAR PUSTAKA

Kurnia, inggrid dkk. 2007. Perkembangan Belajar Peserta Didik. Tidak diterbitkan.
Sunarto & Hartono. 1995. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:  Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
______.2010. Perkembangan Hubungan Sosial Remaja. (Online). (http://prince-mienu.blogspot.com/2010/01/makalah-tentang-perkembangan-hubungan.html).Diakses tanggal17 Nopember 2011.
_______.2007.PerkembanganSosial Anak.(Online).(http://h4md4ni.wordpress.com/perkembang-anak/). Diakses tanggal 17 Nopember 2011.
_______. 2011. Perkembangan Hubungan Sosial. (Online). (http://www.g-excess.com/id/makalah-dan-pengertian-hubungan-sosial.html). Diakses tanggal 17 Nopember 2011.
Siringoringo Manatap.2011. Perkembangan Peserta Didik. Palangka Raya: Kementrian Pendidikan Nasional Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Palangka Raya.